Selasa, 11 Maret 2008

Ibadah Pra Remaja

Ibadah Pra Remaja2

Pergumulan Kami - Pembangunan Gereja

Setelah proses KPR mampu kami lewati maka saat ini kami ditantang untuk mengembangkan gereja. Saat ini kami sedang membangun gereja dan menjadikan rumah Tuhan menjadi lebih nyaman dan menarik bagi jemaat yang datang. Mohon dukungan doa dan dana anda semua agar segala sesuatunya berjalan dengan lancar.


Gedung Gereja

OUR FASILITATOR

Namanya Ir. Agus Budianto dan beliau bekerja disalah satu perusahaan swasta. Meskipun baru bergabung selama dua tahun ini dipelayanan GBI. Griya Bukit Jaya namun kapasitas beliau sebagai pembicara serta motivator sudah tidak perlu diragukan.
Semangatnya yang luar biasa mampu membuat para pemuda yang hadir pada saat itu termotivasi untuk melakukan sesuatu yang dasyat bagi pelayanan gereja. Kami sebagai orang muda banyak belajar dari beliau. Salut buat Mr. Agus Budianto. God Bless You
Please check this picture !


Our fasilitator Picture

YOUTH STRATEGI PLANNING

Acaranya diadakan pada tanggal 07 Maret 2008 dengan dihadiri oleh aktivis pemuda dan beberapa anggota komisi pemuda. Tujuan kegiatan ini yaitu menentukan program apa saja yang menjadi prioritas dalam komisi pemuda dan apa yang akan kita lakukan dalam setiap aplikasi program. Acaranya seru, dasyat dan luar biasa. Pemuda sangat terberkati dengan kehadiran fasilitator kegiatan ini. Bapak Agus Budianto memberikan banyak inspirasi serta mengajak kami semua untuk memiliki suatu visi dalam komisi pemuda untuk menjadi luar biasa dalam pelayanan di komisi pemuda.
Allah Bapa yang baik menjadi spirit utama kami didalam melayani di GBI. GRIYA BUKIT JAYA.


Youth Strategi Planning

Rabu, 05 Maret 2008

KASIH YANG SEJATI

Pada Tahun 1930-an situasi negara Jerman dalam kondisi yang sangat sulit, perekonomian sangat merosot. Pabrik-pabrik banyak yang tutup, pengangguran meningkat. Sehingga Bangsa Jerman kehilangan percaya diri. Pada saat itulah tampil partai yang menamakan diri National Sosialist yang terkenal dengan sebutan ”NAZI”. Partai ini mengajarkan untuk cinta akan bangsa. Partai ini berhasil mengajak rakyat untuk cinta akan bangsanya. Partai ini semakin berhasil dan membawa pemimpinnya menjadi Perdana Menteri dan kemudian menjadi Presiden dengan kekuasaan mutlak.
Rakyat begitu mengasihi bangsanya, karena begitu cinta akan bangsanya mereka menjadi benci akan bangsa lain, salah satu wujud kebenciannya adalah mereka menindas bangsa Yahudi yang bermungkim di German. Mereka membasmi orang-orang Yahudi. Mereka yang mengatas namakan cinta atau kasih tapi melakukan suatu hal yang sangat keji. Apakah makna cintakasih yang sesungguhnya? Itulah yang menjadi pertanyaan bagi seorang anak muda bangsa Jerman yang bernama Dietrich Bonhoeffer, bahkan ia mengecam perilaku pemerintahan saat itu. Terlebih ia melihat banyak pemimpin gereja(pendeta) ikut mendukung pemerintah saat itu, karena mereka mendapat bantuan dalam berbagai hal. Dietrich Bonhoeffer berteriak keras. Ia berkhotbah,”Gereja, jadilah gereja! Jangan dirimu menjadi alat pemerintah. Roh Kristus bukanlah Roh kesombongan berbangsa dan juga bukan roh kebencian terhadap bangsa lain. Gereja mana kesaksianmu? Mengapa kamu mendekati penguasa dan bukan mendekati para korban kesewenang-wenangan penguasa?” Namun seruannya tak didengar. Banyak gereja yang tetap mendukung Hitler yang mengatas namakan kasih/cinta akan bangsa, namun mengobarkan kebencian terhadap sesama manusia.
Bonhoeffer terus mengumandangkan “kasih kepada yang tertindas” dengan jalan mendirikan seminari dan gereja yang disebut “Gereja yang mengaku” yakni, gereja yang mau membantu orang Yahudi yang tertindas saat itu. Bonhoeffer terus berjuang membela kaum tertindas. Namun kekuatan pemerintah yang tangguh saat itu membuat Bonhoeffer mengambil suatu keputusan yang membawanya ketiang gantungan, yakni ia berusaha membutuh Adolf Hitler.
Kisah yang saya paparkan menjadi perenungan buat kita yang membawa kepada sebuah pertanyaan, apa sesungguhnya kasih? Nazi mengumandangkan kasih kepada negara, namun keji terhadap sesama, Bonhoeffer mengumandangkan kasih kepada yang tertindas, namun ia ingin melakukan pembunuhhan terhadap Hitler. Sungguhkah dalam kasih ada kebencian? Sehingga kita bertanya,”apakah ada Kasih Yang Sejati?”.

Pada saat penantian Bonhoeffer ketiang gantungan. Dalam terali besi ia banyak menulis tentang “kasih”. Ia berkata: “Gaya hidup orang Kristen harus memiliki kasih yang menyeluruh, yakni kasih yang tanpa syarat kepada musuh-musuh kita, baik yang tidak mengasihi maupun yang tidak layak dikasihi; kasih bagi lawan-lawan agama,lawan-lawan politik, dan lawan-lawan pribadi kita, Ia adalah kasih yang terwujud dalam Salib Kristus.
Dalam perayaan malam Natal ini saya mengajak Bapak, ibu saudara yang dikasihi Kristus untuk memandang Salib Kristus. Saya setuju dengan perkataan DR Andar Ismail:”Untuk Mengerti Natal Kita Harus Baca dari Belakang”. Maksudnya untuk mengerti Natal kita harus mengerti pengorbanan Yesus di atas salib. Apa yang kita lihat pada Salib Kristus itu?
Yang kita lihat disana, adalah pengorbanan yang sadar dan sukarela. Bukan korban yang tak berdaya. Yesus sanggup menghindar dan bahkan menunjukan kemahakuasaannya tapi itu Ia tak lakukan, Ia rela mengorbankan diriNya. Itulah tujuannya Yesus datang kemuka bumi ini. Ia rela lahir menjadi manusia yang hina di dunia ini, meninggalkan tahta kemuliaaanNya.Lahirnya pun hina di kandang domba.
Yang kita lihat di sana,adalah ketaatan yang sebebas-bebasnya. Bukan fatalisme yang membabi buta. Yesus lahir ke dunia ingin menunjukan ketaatan yang sebebas-bebasnya.Dia lahir maenjadi manusia yang taat sampai mati.
Yang kita lihat disana, adalah pengampunan bagi para pendosa. Bukan toleransi terhadap dosa. Yesus datang ke dunia ingin mengampuni dosa saya dan saudara, dosa setiap manusi, bukan turut serta berbuat dosa dalam kemanusiaanNya.
Yang kita lihat di sana, adalah sikap yang tegar menghadapi penderiaan. Bukan sikap terpaksa memerima penderitaan. Yesus lahir ke dunia rela menderita bagi kita semua.Ia rela dicaci,dicemooh sampai mati namun Ia tetap tegar dan berkata: ampunilahmereka sebab mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat”.
Yang kita lihat di sana, adalah peperangan habis-habisan. Bukan sikap menyerah tanpa perlawanan. Yesus berperang melawan diriNya sendiri,yakni untuk taat dan berperang mengalahkan kuasa maut. Yesus datang ke dunia ingin melakukan peperangan terhadap kuasa si jahat/Iblis. ITULAH KASIH!
Kasih itu aktif, tidak pasif. Mengubah nasib, bukan menerima nasib. Penyerahan diri, bukan menyerah. Lemah-lembut, tapi tidak lemah.
Memang di dalam kasih ada kebencian, yakni benci segala sesuatu yang bertentangan dengan kasih. Mengasihi orang yang berdosa, tapi benci terhadap dosa. Itulah sesungguhnya yang dilakukan Bonhoeffer, ia benci terhadap kebijakan-kebijakan Hitler. Bukan kepada pribadi Hitler.
Apa bedanya “kasih yang umum” dengan “kasih yang sejati”?
Kasih pada umumnya di dasari dengan “Karena: atau “Supaya.”
Fredi mengasihi Tuti, “karena” Tuti cantik, molek bagaikan bidadari. Tuti mengasih Fredi “karena” Fredi gandeng, baik hati lagipula kaya raya.
Orang tua mengasihi anak-anaknya “supaya” anak-anak mengasihi mereka di hari tua nanti. Paimin mengasihi Tukiyem “supaya” Tukiyem membalas kasihnya.
Namun “kasih yang sejati” tidak didasari “karena” atau “supaya”. Kasih yang sejati, mengasihi “meskipun”….
Kasih yang sejati tidak menuntut orang lain mengasihi tapi ia terlebih dahulu bertidak mengasihi
Seperti yang dilakukan Allah ia telah datang ke dunia ini, Ia telah lahir ke dunia ini sebagai wujud KasihNya kepada dunia dan manusia. Seperti kata firman: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia menganugrakan anakNya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal(Yohanes 3:16).
Allah telah bertindak terlebih dahulu mengasihi. Allah mengasihi manusia meskipun manusia tak mengasihiNya. Allah tetap mengasihi dunia dan isinya meskipun dunia memusuhiNya.
Bagaimana dengan kita apakah kita tetap mengasihi orang yang memusuhi kita? apakah kita mengasihi meskipun mereka mencemooh kita? meskipun mereka mengecewakan kita? bukan Firman berkata:”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;lakukanlah apa yang baik bagi semua orang”.”Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan”(Rom. 12:17,21). Bahasa kerennya “Ammithabah”.
Allah adalah kasih(1Yoh 4:8) dan Dia lah yang telah menunjukan Kasih Yang Sejati. Barangsiapa yang ingin memiliki “kasih yang sejati” terimalah dia dalam hati! Agar kita mampu mengasihi meskipun ia musuh kita, meskipun ia tak ia tak mengasihi kita, meskipun….kita tetap mengasihi sesama kita.

Oleh : Pdm. Ridwan Kurniawan S.Th

Jangan Pakai Kata Tidak

Berpikir Positip

“ Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku ” Ayub 3:25 Kebanyakan orang memikirkan apa yang tidak mereka inginkan, dan mereka bertanya-tanya mengapa hal-hal yang tidak mereka inginkan itu terus terjadi. Satu-satunya penyebab mengapa orang tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan adalah karena mereka lebih memikirkan apa yang tidak mereka inginkan daripada yang mereka inginkan. Dengarkan pikiran Anda, dan dengarkan kata-kata yang anda ucapkan. Wabah yang paling buruk yang pernah dialami manusia adalah wabah “tidak ingin”. Orang terus menderita wabah ini dengan terus memikirkan, berbicara, bertindak, dan berfokus pada apa yang “tidak mereka inginkan”.

Ketika anda memikirkan hal-hal yang anda inginkan, dan anda memfokuskan semua niat anda kepadanya, anda akan menerima persis seperti yang anda inginkan. Sebaliknya ketika anda berfokus pada hal-hal yang tidak anda inginkan, “Saya tidak ingin terlambat, saya tidak ingin terlambat” anda sedang memanggil sesuatu ( yang menjadi fokus pikiran anda ) untuk terjadi. “Saya tidak ingin bertengkar” artinya, saya menginginkan lebih banyak pertengkaran. “Saya tidak ingin suami saya kasar pada saya ” artinya, saya ingin suami saya dan lebih banyak orang lagi yang kasar pada saya. “Saya tidak ingin terkena flu” artinya, saya ingin kena flu dan lebih banyak penyakit lainnya. “Saya tidak ingin hal ini ditunda” artinya, saya ingin penundaan Ketika anda mengucapkan kata-kata penolakan, katakata inilah yang sebenarnya menjadi fokus anda. Ini juga terjadi saat anda mengeluh. anda akan mendatangkan lebih banyak situasi yang anda keluhkan ke dalam hidup anda. Jika anda mendengar seseorang mengeluh dan anda berfokus pada hal itu, bersimpati kepadanya, menyetujuinya, saat itu juga anda menarik lebih banyak situasi yang membuat anda sendiri mengeluh. Law of Attraction mengatakan, hukum tarikmenarik memberikan apa yang anda pikirkan. Titik.

Di dalam Amsal dinyatakan, “... seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah
ia.” Amsal 23:7a. Apa yang kita pikirkan akan membentuk siapa kita. Tanah vs PikiranYesus memberikan perumpamaan tentang benih yang ditanam di ladang. Yang pertama adalah gandum (benih yang baik), lalu ada musuh yang juga menaburkan benih lain yaitu lalang ( benih yang tidak baik ). Kita bisa menanam benih atau jenis tanaman apa saja di tanah. tanah tidak punya hak memilih, tanah juga tidak mempedulikan apa saja yang hendak kita tanam. Tanah hanya memiliki tugas untuk menumbuhkan apa saja yang kita tanam.

Bila kita menaburkan benih durian, maka tanah akan menanggapi benih itu dan menumbuhkannya. Bila kita menanam benih mangga, maka secara otomatis tanah akan menjalankan tugasnya yaitu menumbuhkan benih mangga itu; bahkan bila kita menabur benih lalang, rumput teki, gulma ataupun tanaman pengganggu lain, tanah juga tidak mempedulikannya, ia tetap akan menumbuhkan benih itu. Sebagaimana tanah yang senantiasa menanggapi dan menumbuhkan semua jenis benih yang ditanam tanpa kecuali, begitu pula dengan pikiran manusia. Pikiran itu seperti tanah, selalu menerima, merespon dan menumbuhkan semua hal yang masuk di dalamnya. Apakah itu hal baik ataupun yang buruk. Bila yang kita tanam di dalam pikiran itu kata-kata negatif, kutuk, mengasihani diri, kebencian dan sebagainya, maka hal-hal yang negatif itu akan ditanggapi oleh pikiran kita dalam bentuk sikap dan tindakan yang negatif pula.Juga sebaliknya, bila yang kita tanam dalam pikiran kita itu hal-hal yang positif, kata-kata firman yang membangun, “.... semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipiji, ..” ( Filipi 4:8 ), maka hasilnya akan menjadi sama persis seperti yang kita tanam, pikiran itu juga akan menanggapi dalam bentuk sikap dan tindakan kita sehingga kita menjadi berhasil. Oleh karena itu, perhatikanlah pikiran kita sebab benih awal yang kita tanam ke dalam pikiran itu akan sangat menentukan perjalanan hidup kita. Menentukan takdir kita.

Oleh : Agus Budianto

Senin, 03 Maret 2008

Natal Sekolah Minggu

Natal diadakan pada hari Minggu, 16 Desember 2007

Natal Sekolah Minggu

Ibadah Sekolah Minggu

Ibadah ini diadakan setiap hari Minggu, pukul 08.00 wib

Ibadah Sekolah Minggu

Ibadah Umum

Ibadah Umum adalah ibadah yang diadakan setiap Minggu, pukul 10.00 wib dengan gembala sidang Pdm. Ridwan Kurniawan S. Th

Ibadah Umum

Komunitas Pemuda

Ibadah ini diadakan setiap hari Sabtu, pukul 19.00 wib

Ibadah Pemuda

Komunitas Pra Remaja

Ibadah Pra Remaja diadakan setiap hari Sabtu, pukul 17.30 wib. Range usia 11 s.d 15 tahun.
Ibadah Pra Remaja

PENYAKIT YANG DIABAIKAN !

1 Petrus 5:7
“ Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu ”


Suatu jenis penyakit yang menurut saya kurang disadari oleh manusia adalah kuatir, saya mengatakan kuatir merupakan jenis penyakit, karena hal itu mempunyai dampak yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Kuatir adalah keadaan pikiran seseorang yang dalam kondisi ketakutan akan sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, yakni sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya.
Dalam firman Allah, kuatir tidak diinginkan terjadi terhadap orang percaya. Mengapa? Pada pembacaan firman tadi (1 Petrus 5 : 7 ). Petrus memerintahkan agar kekuatiran kita serahkan kepada Allah
Mengenai kuatir ini ada dua pandangan :
Pertama
bahwa anak-anak Tuhan tidak boleh kuatir, titik, pokoknya apapun tidak boleh kuatir.
Kedua berkata ada kuatir putih dan ada kuatir hitam, maksudnya ada kuatir yang boleh atau layak dan ada yang tidak layak. Misal: seorang ayah atau ibu wajar kuatir akan anak yang belum pulang karena hari sudah larut malam. Menurut saya dari beberapa ayat firman Allah, menunjukan bahwa setiap manusia ada rasa kuatir, oleh karena itu Allah menganjurkan: “Jangan kuatir”, “Serahkanlah kuatirmu”, dan sebagainya.
Memang dari kedua ayat ini juga kita bisa menyimpulkan bahwa anak-anak Tuhan atau orang percaya tidak boleh kuatir tapi sesungguhnya kuatir itu ada, karena kuatir adalah emosi atau perasaan. Kita akan menjadi bingung jika memperdebatkan paham yang ada. Mari kita belajar apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan ini menurut saya setiap orang pasti mempunyai emosi atau perasaan dan jika perasaan itu di isi dengan pikiran negative atau suatu pemikiran akan terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan maka seseorang akan kuatir, entah itu kuatir akan ekonominya,yakni usahanya, kerjaannya, kuatir akan jodohnya, kuatir akan masa depannya dll. Kembali kepada firman Allah dalam 1 Petrus 5:7 yang berkata :” Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”. Firman ini diucapkan oleh Rasul Petrus. Kalau kita melihat kehidupan Rasul Petrus, kita tahu bahwa ia juga adalah orang yang kuatir, hal itu terbukti ketika ia melihat Tuhan Yesus di danau Galilea, saat itu Tuhan Yesus berjalan di atas air, dan Petrus berkata hantu, lalu Yesus menjawab ini Aku, jika engkau Tuhan suruhlah aku berjalan di atas air, Yesus menjawab berjalanlah! Lalu Petrus berjalan di atas air, tapi karena angin besar, ia kuatir lalu tengelam dalam air ( Matius 14:26-30 ). Hal itu menunjukan Pertrus kuatir. Kita juga tahu bahwa ia gagah berani : saat Tuhan Yesus mau ditangkap para imam besar, ia yang maju dan menebas telinga hamba Imam Besar.( Matius 26:51 ).

Dan ia juga yang berkata ” Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak. Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian juga. ( Matius 26:33, 35 ). Dan kita juga tahu siapa yang menyangkal Kristus 3 kali? Yakni Petrus. Ketika Yesus disalibkan Petrus menyangkal bahwa ia murid kritus, ia takut, kuatir, ia juga akan disalibkan. Tapi mengapa ia berani berkata: “ Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu ”. Mungkin kalau kita hidup saat itu, kita akan berkata “ ah lu ngomong doang, buktinya lu kuatir. Ngajarin gua. Sekarang saya Permisi Tanya jika anda ingin berobat, anda cari yang berpengalaman atau yang belum berpengalaman? Kalau anda ingin belajar sesuatu anda pilih mana yang berpengalaman atau yang tidak punya pengalaman meskipun ia pintar? Pasti semua berkata” yang pengalaman! Itulah Petrus. Ia berani berkata karena ia berpengalaman, ia berani mengajarkan umat Allah yang lainnya karena ia mengalamai kekuatiran.


Mengapa kita tidak boleh kuatir ?

Kuatir itu adalah penyakit pikiran yang berbahaya. Ia bisa membuat seseorang tak berdaya. Sebab itu kuatir saya katakan “penyakit” karena penyakit umumnya membuat orang tak berdaya. Jika kita kuatir. Saat mau melakukan ini ia kuatir itu, mau melakukan itu ia kuatir ini. Sehingga ia tidak bergerak, ia tak berdaya. Petrus pernah kuatir ketika ia berjalan di atas air, sehingga ia tenggelam dan tak berdaya. Petrus pernah kuatir akan keperkasaan Tuhan Yesus ketika Yesus disalib, maka ia tak berdaya, hanya ditanya sama anak kecil ia ketakutan dan menyangkal sampai 3 kali. Oleh karena itu Petrus berkata kepada kita semua: ”Serahkanlah kuatirmu pada Allah”. Sebagai orang percaya kita juga sering kali kuatir, kita kurang mempercayai keperkasaan Tuhan Yesus, kita takut hidup kita tidak berkecukupan, kita takut tidak dapat jodoh, kita kuatir tidak dapat pekerjaan, kita kuatir dagangan kita tidak laku, dan sebagainya. Ingat itu adalah penyakit ! Kita tidak boleh kuatir.

Kuatir itu adalah musuh Allah. Orang yang kuatir kata Petrus ia tidak merendahkan dirinya kepada Allah.” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” ( ayat 6). Orang yang tidak merendahkan dirinya kepada Allah adalah orang yang tidak percaya. Orang yang tidak percaya adalah orang yang congkak/ sombong dan orang yang congkak/sombong adalah musuh Allah. Perhatikan! 1Petrus 5:5: “ Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. Petrus pernah menjadi musuh Allah, sehingga ia pernah ditanya oleh Yesus: “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.(Yoh 21:17). Yesus tahu bahwa Petrus lebih mengasihi dirinya dan dunia ini. Yakobus berkata: “ Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah ? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”. Orang-orang yang terlalu kuatir, dikuasai kekuatiran adalah orang-orang yang terlalu mengasihi diri sendiri dan terlalu mengasihi dunia ini. Oleh karena itulah saya katakan kuatir adalah musuh Allah. Memang! tidak ada orang di dunia ini yang tidak mengasihi dirinya sendiri, kalau ada ia sudah tidak waras. Oleh sebab itulah saya katakan setiap orang pasti ada kuatir, karena ia mengasisi dirinya. Ada emosi atau perasaan takut dirinya tak terpelihara. Tapi kita harus ingat kasih kepada diri sendiri tidak boleh melebihi kasih kepada Allah. Makanya hukum Taurat atau hukum yang utama dan kedua berkata: “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.(Matius 22:37-39). Dalam hukum ini kita diajarkan harus mengasihi diri sendiri, tapi terlebih dari itu kita harus mengutamakan Allah. Firman Allah tidak berkata:”kasihilah dirimu lalu kasihilah sesamamu, tapi firman itu berbunyi: ” Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri ” kita harus lebih mengasihi Allah. Terbuktilah orang yang kuatir terlalu mengasihi diri sendiri, karena pikirannya selalu tertuju kepada diri sendiri, bagaimana nanti saya, ya ? Kalau saya lakukan ini bagaimanan nanti saya ya ? Kalau terjadi itu bagaimana nanti saya yach? Oleh karena itu Yesus berkata: “jangan kamu kuatir” dan Rasul Petrus berkata: “ serahkanlah kuatirmu pada Allah ! ”

Kita sudah tahu mengapa kita tidak boleh kuatir ? Pertama agar kita tidak sakit / tidak berdaya. Kedua agar kita tidak menjadi musuh Allah. Orang yang dimusuhi Allah tidak akan ada berkat, hanya orang – orang yang dikasihiNyalah yang beroleh berkat ( Mazmur 127:2; Ulangan 11:13-14 ). Amin! Firman Allah sesungguhnya mengajarkan kita supaya tidak kuatir, mengajarkan bagaimana supaya tidak kuatir? Atau bagaimana kita memanagemen emosi kita?
Rasul Petrus berkata: serahkanlah kuatirmu pada Allah! Maka kita dapat simpulkan agar kita tidak kuatir, kita harus serahkan kuatir kita, saya sudah katakan Kuatir adalah keadaan pikiran seseorang yang dalam kondisi ketakutan akan sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, yakni sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Dari mana kita tahu bahwa kita sedang kuatir, yakni dari perasaan kita/ hati kita yang tidak tentram. Oleh karena itu agar kita tidak sakit/tak berdaya dan jadi musuh Allah, kita serahkan pikiran kita pada Allah. Lho, bagaimana caranya? Kok pikiran kita serahkan pada Allah! Mana bisa! Maksudnya serahkan adalah pikiran yang buruk, yang menduga-duga akan terjadi sesuatu yang tidak baik, kita ganti dengan pikiran yang baik, dengan jalan memikirkan kebaikan Allah.

Dalam pembelajaran motivasi ada yang namanya hukum focus, hal itu dipopularkan oleh Antoni Robin. Maksudnya kita diajarkan agar pikiran kita memfokuskan sesuatu. Misalnya titik, yang tadinya besar kita perkecil, perkecil lagi dan kita bawa ke ujung matahari dan kita buang. Pesssssst. Kita ganti pikiran baru yang menyenangkan, proyeksikan itu terjadi pada diri kita.hal hasil pikiran kita menjadi baru dan perasaan menjadi tenang. Hal itulah yang sesungguhnya diajarkan firman Allah, Karena kata “serahkanlah” berasal dari kata asli “epiripsantes” yang diterjemahkan menjadi “ Casting ” yang artinya : membuang, melemparkan atau memproyeksikan, membentuk dan menyusun. Sesuailah dengan apa yang dikatakan hukum focus itu.
Bahwa yang dimaksud serahkan kekuatiran kita yang memfokuskan pada kebaikan Allah. Kekuatiran yang menghantui pikiran kita kita perkecil dan kita buang, lalu kita proyeksikan kebaikan-kebaikan Allah, kita proyeksikan keMaha-Kuasa-an Allah. Misalnya: kita sedang kuatir akan jodoh kita, wah usia saya sudah kepala 3 nich. Gak ada pria / manita yang lirik-lirik saya, maka kita perkecil pikiran itu dan kita buang, ganti dengan pikiran Allah menyediakan yang kuperlukan, Allah menyiapkan tulang rusukku, Allah menyiapkan jodohku. Tapi jangan naïf, maksudnya jangan berdiam diri. Lakukan dekati orang yang anda suka, kalau perlu nyatakan. Misalnya dalam usaha/dagang ketika pikiran kita bahkan kita diperhadapkan kenyataan usaha kiat pailit, mungkin pikiran kita bersuara begini : Allah kejam Allah tak peduli, Allah sedang menghukum aku, dan sebaginya, kita perkecil pikiran itu dan buang jauh-jauh, ganti RancanganNya selalu baik(Yes 29:11), hidupku dalam ujian aku harus selesaikan ujian ini agar aku lulus, yes ! kita bertindak belajar marketing yang dan sebagainya. Hukum focus ini juga sama seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam II Korintus 10:5 “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”.Jadi kita taklukan pikiran jahat itu dan kita pikirkan kebenaran. Karena pikiran jahat itu berasal dari si Iblis.
“ Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum - aum dan mencari orang yang dapat ditelannya ” (I Petrus 5:8 ). Apa yang ditelan si Iblis? Yakni pikiran kita.
Bogor, 02 Maret 2008


Oleh : Pdm. Ridwan Kurniawan