Kamis, 08 Mei 2008

Attitude Murid Kritus

Attitude Murid Kritus ( Bagian Pertama )

Bacaan : Yohanes 6:1-15

Perikop yang baru saja kita baca menceritakan suatu kisah yang sangat popular dari kisah mujizat Yesus, kisah ini sering diceritakan kepada anak sekolah minggu. Popularitas itu nyata bahwa keempat injil Matius,Markus,Lukas,Yohanes, semua mencatat kisah itu bahkan menurut salah satu teolog Kisah yang terdapat dalam Alquran yang ditulis dalah surat Surah 5:112-115 yang mengisahkan nabi Isa dan murid-muridnya diberi makan oleh Allah SAW dengan cara meja yang berisi makanan turun dari langit itu adalah menunjuk kepada peristiwa Yesus memberi makan kepada lima ribu orang. Memang kisah mujizat lima roti dan dua ikan sulit kita terima dengan logika.

Bagaimana mungkin roti yang Cuma lima potong dan dua ekor ikan dapat mengenyangkan lima ribu orang. Sungguh tidak dapat masuk akal manusia, tapi itulah yang membuktikan bahwa Yesus sungguh Allah, sungguh tidak terjangkau dengan logika manusia, kalau terjangkau dengan logika, maka itu dapat dilakukan oleh manusia, kalau dapat dilakukan oleh manusia, maka tidak menujukan keMahaKuasaan Sang Pencipta. Justru karena tak terjangkau logika manusia ,kita menyadari adanya Kuasa Adikodrati dan KeMaha Kuasaan Sang pencipta.

Dari peristiwa ini kita juga mendapat pelajaran yang indah, bukan dari sisi mujizat Ilahi, kita meyakini Allah mampu melakukan segala perkara. Amin! Saya yakin Yesus Kristus itu Allah, hal itu nyata dalam segala perbuatan-perbuatanNya, yang kita pelajari, Bagaimana Yesus mengajar murid harus bersikap? Oleh karena itu renungan siang ini saya beri thema “Attitude Murid Kristus”

Dalam kisah itu ketika Yesus melihat orang banyak datang kepadanya, Ia berkata kepada muridNya yang bernama Filipus, “Dimanakah kita akan membeli roti,supaya mereka ini dapat makan?”(ayat 5). Tanya Yesus pada Filipus. Pertanyaan Yesus dijelaskan oleh Yohanes sebagai pertanyaan “Pencobaan bagi muridNya yang bernama Filipus. Pencobaan dalam hal apakah? Dalam hal sikap/karacter dari Filipus. Yesus ingin menguji sikap murid-Nya. Apa yang harus dilakukan ketika melihat orang yang membutuhkan sesuatu? Saat itu orang banyak membutuhkan makan. Apa yang dilakukan Filipus? Filipus berkata: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja”(ayat 7). Dengan kata lain berat Tuhan! Tidak mungkin kita dapat memberi untuk mereka. Sikap murid yang tidak mau direpotkan/yang tidak mau memberi diperlihakan dengan jelas dalam tulisan injil lainnya. Dalam Matius,Markus, dan Lukas, dikisahkan sikap murid itu: “Suruhlah mereka itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa”(Mat. 14:15, Mark.6:36, Luk. 9:12). Tapi apa kata Yesus: “Kamu harus memberi mereka makan!”(Mat.14:16; Mark.6:37; Luk. 9:13). (sikap pertama)Jelas Yesus mengajarkan murid-murid untuk memberi. Bukankah Firman berkata: “Lebih berbahagia memberi daripada menerima”(Kis. 20:35)
Ketika Yesus memerintahkan untuk Memberi, murid-murid berkata: “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini”.(Mat.14:17;Mark. 6:38;Luk.9:13;Yoh.6:9). Dalam hal memberi seringkali kita juga berpikir:”aku tidak punya apa-apa!”. Tapi Yesus memperlihatkan jika apa yang ada pada kita serahkan pada Dia, maka akan berarti dan berfaedah. Dari lima roti dan dua ikan dapat memberi makan lima ribu orang dan sisa dua belas bakul. Apa yang ada pada kita jika kita lakukan kepada sesama untuk kemuliaan Tuhan akan berarti/berfaedah sangat besar.

Saya berkata memberi tidak perlu menunggu kita menjadi orang kaya(punya banyak sesuatu). Memberi dapat kita lakukan dengan apa yang ada pada kita. Memberi tidak harus selalu dengan uang, memberi dapat berupa apa saja, mungkin dengan tenaga, dengan pikiran/ide,dengan kata-kata motivasi dan sebagainya. Yang pasti kita memberi, memberi untuk kemuliaan Tuhan. Apa yang ada pada kita, jika kita letakan kedalam tangan Tuhan mempunyai makna yang sangat besar. Memberi berarti kita melayani, seperti kata Yesus: Aku dating bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani”(Mark10:45). Memang memberi atau melayani bukan suatu hal yang menyenangkan, dibutuhkan suatu pengorbanan.

Untuk dapat kita mempunyai sikap yang Yesus inginkan, yakni: Memberi/Melayani. Kita harus ingat.

Memberi/melayani adalah perintah Kristus (Mat.14:16; Mark.6:37; Luk. 9:13;band. Mark10:45)

Lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis.20:35). Ada suatu sukacita yang tak terhingga,yang tak dapat kita beli dimana-mana.

Apa yang kita lakukan akan kita tuai. Sesuai kata Firman:”berilah kamu akan diberi…” (Luk. 6:38). Tuaian itu datang dari Tuhan.


Oleh Pdm. Ridwan Kurniawan







Attitude Murid Kristus ( Bagian Kedua )


Dari kisah Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan, kita mendapat pelajaran untuk mempunyai sikap yang Melayani/Memberi. Yang Yesus inginkan dari murid-muridnya adalah memiliki sikap yang memberi.

Saat ini kita akan melihat sikap apa lagi yang Yesus inginkan dari murid-muridNya. Melalui pembacaan kita hari ini yang kita ambil dari Yohanes 6:19-24 (baca).
Perikop ini mengisahkan tentang Yesus berjalan di atas air, satu lagi kisah yang cukup popular dari tindakan Yesus. Hal itu juga menunjukan Ke-Allah-an Yesus Kristus.

Dari pembacaan kita tadi, ada sesuatu yang menarik yakni, perkataan Yesus “Aku ini, jangan takut!”(ayat 20). Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya agar jangan takut. Yang menjadi pertanyaan kita saat ini apa yang murid Yesus takuti? Melalui kisah yang kita baca tadi kita melihat murid Yesus pergi naik perahu, dan saat itu terjadi angin kencang(Dalam Injil Matius dikatakan Badai/angin sakal, Matius 14:24)saat itu pula mereka melihat ada orang berjalan diatas air, yang mereka duga itu hantu(Baca Mat.14:26). Yang membuat mereka takut adalah adanya hantu, yang mereka pikir itulah yang menyebabkan terjadinya angin besar yang mengganggu perjalanan mereka/menghambat perjalanan mereka. Apa relevansinya untuk kita saat ini? Saya interpretasikan kisah perjalanan murid Kristus yang naik perahu adalah gambaran bahtera hidup kita saat ini/perjalanan hidup kita, gelombang atau angin besar merupakan gambaran masalah kehidupan yang kita hadapi. Seringkali kita menjadi takut menghadapi masalah hidup. Mungkin masalah ekonomi, masalah jodoh, masalah study dan lainnya. Mengapa seringkali kita menjadi takut akan permasalahan hidup? Karena kita sering kali melihat masalah itu sebagai sesuatu yang menakutkan, sesuatu yang mengerikan(baca :hantu kehidupan).

Seperti halnya murid Yesus saat itu, mereka melihat sesuatu yang dianggap hantu, yang menakutkan bagi mereka. Seharusnya kita melihat masalah itu sebagai bagian hidup yang harus kita jalani. Masalah adalah bagian kehidupan dan adanya masalah dalam diri kita adalah pembuktian kita hidup. Tidak ada orang yang hidup tanpa masalah.


Bagaimana supaya kita tidak takut terhadap permasalahan hidup?
Jangan berfokus terhadap masalah itu.Berfokuslah kepada Yesus.(Baca: Ibrani 12:2).(sikap kedua)

Apa yang dimaksud tidak berfokus pada masalah?

Masalah itu tidak menjadi pusat perhatian. Yang saya maksud bukan tidak boleh kita pikirkan jalan keluarnya masalah yang kita hadapi, tapi jangan pikiran kita terpusat kepada masalah itu saja, karena setiap kali kita mencoba melawan suatu pikiran dari benak kita, kita semakin terdorong lebih dalam keingatan kita. Semakin banyak kita memikirkan sesuatu, semakin kuat hal tersebut menguasai kita. Semakin kita pikirkan masalah itu terasa semakin besar. akhirnya kita menganggap masalah itu terlalu besar. Ingat! 1Kor. 10:13”setiap pencobaan yang diberikan tidak melampau batas kemampuan kita”. Jadi tidak ada masalah yang tidak dapat kita atasi.




Apa yang di maksud berfokus kepada Kristus?

Menyadari. masalah merupakan kesempatan untuk membangun karakter kita. seperti kata Firman: “Karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”(Baca: Rom 5:4).

Menyadari masalah Untuk membuktikan kemurnian iman kita. (Baca 1Petrus 1:6-7)
Menyadari masalah itu sebagai rencana Tuhan dalam hidup kita. (Baca:Yer.29:11).(Bukan masalah yang disengaja oleh diri kita).
Menyadari masalah Untuk jangka panjang bukan untuk jangka pendek. (Baca:Rom.8:17).
Mengucap syukur dalam segala hal (1Tes.5:18).

Dengan mengingat kelima hal di atas kita akan menjadi murid Kristus yang tidak takut terhadap masalah. Seperti perintah Yesus kepada murrd-Nya “Jangan takut”. Kita bersikap tidak takut dalam menjalankan hidup ini.



Oleh Pdm. Ridwan Kurniawan





Attitude Murid Kristus ( Bagian Ketiga )


Kita telah diajarkan untuk mempunyai sikap yang melayani/memberi dan sikap yang berani/tidak takut untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan kita. kita melanjutkan pembacaan pada pasal 6 :22-72.

Pada ayat 22-24 di kisahkan orang banyak mencari Yesus, mereka itu adalah orang-orang yang mau mengikut Yesus dan mereka itupula yang telah menerima mujizat yakni, menerima makanan berupa roti dan ikan. Pada ayat 25 dijelaskan mereka menjumpai Yesus. Mereka bertanya: “Rabi,bilamana Engkau tiba di sini?”mereka heran Yesus sudah tiba di rumah ibadat di Kapernaum(ayat 59). Yesus tidak menjawab bagaimana cara Ia tiba di rumah ibadat itu, tapi Yesus memberi jawaban sebab mereka mencari Dia,”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (ayat 26-27).

Yesus menjabarkan sebab/alasan mereka mencari Dia, yakni mereka mencari Yesus karena: Makanan jasmani, mereka mencari Yesus karena urusan “kampung tengah” (urusana perut). Mereka tidak memperhatikan kemahakuasaan Yesus tapi mereka lebih berfokus pada rotinya/makanan. Hal itu tidak diinginkan Yesus. Yesus tidak ingin pengikut-pengikut-Nya mengiringi Dia atas dasar ingin kecukupan finansial. Karena Yesus tahu ada dua dasar dalam hati manusia meng-Allah-kan “Uang”(mammon) atau “diri-Nya”, seperti yang Ia ajarkan dalam khotbah di bukit: “Jangan kita berfokus pada uang, karena kita tak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon”(Mat.6:19-24). Yesus tidak menginginkan pengikut-pengikutnya meng-Allah-kan uang, segala sesuatu yang dikerjakannya didasari untuk keuntungan finansial. Yang Yesus inginkan adalah supaya pengikut-pengikutnya: bekerja untuk makanan yang bertahan sampai pada kekekalan(ayat 27). Apa itu pekerjaan untuk makanan yang bertahan sampai pada kekekalan(ayat 28)?

Pekerjaan itu adalah: Percaya kepada Yesus Kristus yang telah diutus Allah(ayat29).
Orang banyak itu diajarkan untuk percaya kepada Yesus. Namun mereka menuntut tanda dari Yesus untuk dapat mereka menjadi percaya. Sesungguhnya mereka sudah melihat tanda dari Yesus, yakni mujizat lima roti dan dua ikan, namun mereka ingin menuntut yang lebih besar dan membandingkan dengan apa yang sudah diterima oleh orang lain(nenek moyang mereka telah menerima roti dari surga/Manna, baca Kel 16:1-36). Yesus menjelaskan bahwa yang memberi kehidupan adalah Allah melalui diri-Nya sendiri, namun meskipun mereka sudah melihat dan merasakannya mereka tidak percaya kepada Yesus yang adalah Tuhan(Ayat 30-36).
Begitulah manusia! Sering kali kita tidak mau percaya akan Allah. Yang sesungguhnya kita sudah melihat dan merasakan kuasaNya, yakni dari ciptaanNya yang besar, langit dan bumi serta kita sudah dapat hidup dengan menghirup udara segar untuk bernafas. Namun seringkali kita menuntut yang lebih besar, yakni mujizat-mujizat untuk kepentingan diri sendiri dengan membandingkan apa yang terjadi dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih dari kita dan kita mau itu terjadi dalam diri kita dengan menuntut kemahakuasaan Allah. Hal itu tidak kita sadari adalah wujud dari ketidak percayaan kita kepada Allah. Kita mengatur Allah, bukan Allah yang mengatur kita. kita mempunyai “Teologi kucing”(ini kiasan saja) yakni “Me logi” yang berpusat pada diri sendiri, segala sesuatunya didasari untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Perhatikan sikap kucing! Ia tidak menganggap tuannya sebagai tuan tetapi menganggap dirinya yang adalah tuan. Seekor kucing tidak pernah menyabut tuannya pulang, ia enak-enak duduk disofa tuannya. Kalau ia dekat tuannya dan mengelus kaki tuannya itu karena ia lagi butuh makanan/lapar. Itu dilakukan tidak sama tuannya saja sama orang lain juga begitu.

Seekor kucing tidak pernah duduk dibawah kaki tuannya ia duduk di pangkuan tuannya bahkan ada diatas tuannya. Kalau berjalan tidak pernah tuannya di depan, tapi dia yang ada di depan tuannya. Bagaimana dengan kita apakah kita bersikap seperti kucing kepada Tuhan Yesus kita?
Mengapa orang banyak itu (kita) harus percaya kepada Yesus Kristus? Yesus menjelaskannya bahwa Ia adalah pilihan Allah/rencana Allah agar manusia beroleh keselamat/hidup kekal atau kembali kepada nature nya/sifat dasar, yakni dapat hidup bersama-sama dengan Allah(ayat 37-40).memang untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Allah tidaklah mudah. Seperti halnya orang banyak yang mencari Yesus itu. Mereka bersungut-sungut dengan apa yang dikatakan Yesus”Akulah roti yang turun dari surga”.karena mereka tahu Yesus itu adalah anak tukang kayu, anak Yusuf(ayat 41-42). Begitu juga dengan kita sering kali kita ragu untuk percaya kepada Kristus Yesus sebagai Tuhan atas diri kita, karena sulit untuk dijangkau dengan logika kita, bahkan kita mengerutu dengan apa yang kita hadapi dalam hidup ini yang seakan-akan Alah membiarkan diri kita berjalan sendirian.

Bagaimana kita dapat percaya kepada Yesus Kristus? Dalam ayat-ayat selajutnya kita diajarkan:

Jangan bersungut-sungut/menggerutu(ayat 43-46). Jangan menutup logika kita dengan asumsi pribadi. Ketika kita menemukan sesuatu dari ke-Tuhanan-an Yesus yang tidak dapat masuk akal kita, jangan kita berhenti pada pemahaman pribadi, tetapi kita terus mencari tahu dari asumsi-asumi yang lainnya. Terutama berusaha mempelajari AlkitabOrang yang mau belajar Alkitab(ayat45) adalah orang yang ditarik oleh Allah Bapa ( ayat 44) . Seseorang hanya tahu itu sebuah komputer, tapi tidak tahu fungsi-fungsi dan kecanggihan alat itu tanpa mau mempelajari dan menelusurinya. Begitu juga terhadap Allah, kita hanya tahu ada Allah tapi kita tidak akan pernah mengenal dan mengertiNya tanpa mau menelusuri dan mempelajari tentang Allah.

Menerima kematian dan kebangkitanNya. Menerima kematian dan kebangkitan-Nya digambarkan oleh Yesus sendiri dalam ayat 48-59. dengan cara memakan daging Anak Manusia(Yesus) dan minum darah-Nya. Hal itu adalah gambaran atau bahasa kiasan Yesus yang ingin menunjukan bahwa diri-nya akan mati di kayu salib sebagai korban pendamaian anatara Allah dan manusia. Sebagai korban penghapus dosa manusia. (band. Rom 10:9-10).

Dari paparan di atas kita dapat menyimpulkan apa yang diinginkan Yesus terhadap murid-muridNya, yakni:

“Mempunyai sikap percaya, bahwa Dia adalah Allah yang memberikan hidup kekal” (sikap ketiga). Yesus menginginkan murid-Nya mengakui Dia sebagai Tuhan sungguh Tuhan. Tidak menjadikan dia hamba pemuas diri kita. Cari Yesusnya jangan cari mujizatnya. Kita harus mempunyai “teologi anjing”. Lihat sikap seekor anjing. Ia selalu menyambut tuannya ketika pulang, ia sambut dengan sukacita, ia selalu duduk disamping tuannya ketika tuannya sedang duduk. Ia selalu berjalan di belakang tuannya. Bagaimanan dengan kita apakah kita sudah bersikap seprti seekor anjing kepada tuannya?

Sungguh perkataan ini keras! Seperti kata murid – murid Yesus(ayat 60) sehingga banyak murid Yesus yang pergi meninggalkannya bahkan menghianatiNya seperti Yudas(70-71). Begitu juga saat ini banyak orang tidak mau datang kepada Tuhan ketika menerima pengajaran ini atau menjadi Yudas-Yudas modern yang mencari keuntungan Pribadi dalam mengiring Yesus.

Tapi kita semua yang mendengarkannya saat ini mau introsfeksi diri dan mnenjadi seperti Simon Petrus yang berkata: “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi?” Perkataan MU(Yesus) adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah(ayat 68-69)

Mari kita berkata: “Aku percaya dan tahu bahkan mengenal bahwa Engkau Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, dan Engkau adalah Allah” Amin


Hidup yang mengalirkan air hidup
Pada pasal 6 kita diajarakan tentang attitude mengikut kristus, yakni sikap yang melayani, berani menghadapi masalah atau tidak takut menjalani hidup, dan percaya bahwa Yesus adalah Allah yang memberi hidup yang kekal.

Pada pasal 7 dikisahkan Yesus di perintahkan pergi ke pesta hari raya pondok daun, yaitu pesta ucapan syukur atas hasil panen. Pada perayaan itu orang tinggal dalam pondok daun sebagai peringatan akan zaman pengembaraan dalam padang belantara(Imamat 23_33-44). Yesus menolak untuk pergi ke tmpat pesta secara terang-terangan karena waktunya belum tiba, ia pergi dengan caranya sendiri, hingga ia dapat tiba mengajar di tempat pesta hari raya pondok daun itu. Ajarannya banyak membuat orang heran dan takjub akan pengetahuannya dan membuat orang banyak bertanya-tanya apakah dia itu sunggu




Kristus(penyelamat)? Pada puncak perayaan itu Yesus berkata: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”(ayat 37-38). Perkataan itulah yang menjadi perhatian kita. apa sebab perhatian kita itu? Pada perayaan hari raya pondok daun



Oleh Pdm. Ridwan Kurniawan S.Th

KENAPA HARUS SAYA ???

Saat kehidupan penuh persaingan, sifat iri, dengki dan marah ada didalamnya. Hampir empat tahun Melly tergabung dalam sebuah perusahaan yang ada di Jakarta. Sifatnya yang mudah bergaul dan energik membuatnya mudah berkomunikasi dengan siapa saja. Suatu hari Melly tidak dapat menjalankan tugasnya di kantor karena kondisi kesehatannya tidak baik dan iapun memutuskan tidak masuk kantor. Sebenarnya Melly ingin sekali bisa masuk kantor dan bekerja karna dia memiliki beberapa date line dari pekerjaannya dan harus secepatnya diselesaikan.

Esok harinya, ketika dia sudah merasa baikan dan sehat, Melly memutuskan untuk bekerja mengingat tugasnya sudah menunggu. Betapa kagetnya Melly saat dia masuk, dia langsung dipanggil atasannya yang mengatakan kalau Melly tidak kooperatif dalam bekerja dengan sesama teman kantor dan kecenderungan Melly yang bekerja sendiri dan sulit menerima masukan. Melly sedikit bingung kenapa informasi itu sampai ke telinga pimpinannya. Tentu saja Melly kaget dan bingung, ada rumors apa dibalik berita itu.

Melly segera mengklarifikasi kepada pimpinannya dan mereka tampak serius bicara empat mata. Yang menjadi “persoalan” kenapa informasi itu datang dari seorang rekannya yang satu kantor dengannya. Ada ketikpuasan rekan sekantornya terhadap pribadi Melly sehingga Melly berusaha “memutar otaknya” apa yang sudah ia lakukan.

Sebagai pribadi yang baik dalam berkomunikasi namun sedikit sensitif, Melly mencoba menggali informasi apa yang sudah diterima pimpinannya. Tadinya Melly menganggap pembicaraan ini hanya misscommunication saja karena ketidak hadirannya kemarin.

Masalah ini sedikit “tajam” saat pimpinan Melly yang dia percaya dan menganggap dia sebagai figure bapak yang baik memintanya untuk “mengalah” dan belajar menerima perilaku rekannya. Sebenarnya tidak jadi masalah buat Melly, namun sikap pimpinannya yang secara tidak langsung “memaksanya” mengerti membuat Melly kecewa akan figure yang jadi teladannya. Seakan-akan Melly memang pribadi yang “dituduhkan” oleh rekannya itu. Ini bukan yang pertama kali Melly diperhadapkan dengan situasi yang sama. Saat Melly diminta untuk memahami rekannya, dengan enteng Melly melakukan permintaan pimpinannya dan memang hasilnya baik. Situasi jadi baik lagi dan komunikasi kembali normal.


Karir Melly bisa dibilang “cemerlang”, dia mulai bekerja disana menjadi staff biasa yang pada akhirnya dia menjadi kepala divisi. Masih muda, mudah bergaul dan menjadi “kesayangan” pimpinan, tidak membuat Melly sombong atau menganggap orang lain lebih rendah. Melly memang memulai karirnya dengan latar belakang pendidikan yang biasa, namun dia sadar bahwa latar belakang pendidikan itu penting maka dia memutuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hingga saat ini Melly masih tercatat sebagai mahasiswa disalah satu universitas swasta yang ada di Jakarta dan akan segera menyelesaikan pendidikannya.

Perbincangan antara Melly dan pimpinannya berakhir dengan kondisi Melly “kecewa” atas permintaan pimpinannya dan menganalisa apa yang sudah diperbuat oleh Melly. Dengan kesedihan dihatinya Melly duduk diruangan yang tidak ada orang dan mencoba memikirkan setiap sikap dan perilaku. Melly terhibur saat ada “suara-suara” yang mendukungnya dan memberinya semangat untuk tetap tegar dan mengambil hikmat dari kejadian ini.

Mungkin dari luar Melly kelihatan tegar Namun hatinya dan pikirannya penuh tanda tanya “ Kenapa Harus Saya ?” . Alasan yang diutarakan pimpinannya tidak cukup kuat untuk meyakinkan dirinya bahwa dia akan melakukan apa yang dibebankan padanya. Meskipun tidak cukup alasan untuk melakukan permintaan pimpinannya, Melly secara tidak sadar melakukan permintaan tersebut. Dia memberikan senyum terbaiknya, dan tetap berkomunikasi dengan baik sehingga rekannyapun yang tadinya diam saja, terlihat tersenyum. Usianya lebih muda dari Melly, itu sebabnya Melly memanggilnya dengan sebutan “ Adek “.

Satu jam sebelum pulang, Melly kembali ke mejanya setelah “jalan-jalan” dari divisi lain. Saat Melly duduk, dia tampak kaget menemukan “ coklat “ kesukaannya berada di atas mejanya. Tentu saja Melly bertanya-tanya dalam hatinya, siapa gerangan yang memberinya coklat. Dibalik coklat tersebut dia menemukan tulisan yang berbunyi “ Untuk Kak Melly, senang rasanya berbagi pekerjaan dengan kakak dan maaf kalau ada sikapku yang membuat kakak terganggu. GBU. Adek “
Betapa kagetnya Melly, coklat itu berasal dari orang yang “membencinya” . Melly melambaikan tangannya sambil mengucapkan terimakasih untuk coklat pemberian rekannya dengan memberikan senyumannya yang tulus. Dari sanalah Melly mendapat jabawan, kenapa pimpinannya berharap padanya dan yakin akan Melly.

Dia teringat akan saat-saat kematian Yesus, ketika Yesus berdoa ditaman Getsemani
( Matius 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.") didalam pergumulannya Yesus merasakan kesakitan batin tapi dia tidak bertanya “ Kenapa harus saya Bapa ?“.
Melly menundukkan kepalanya sesaat diatas meja sambil mengucap syukur untuk kebaikan Tuhan yang dia rasakan saat itu. Dengan sukacita Melly melanjutkan pekerjaannya, dia tidak akan mencari tahu kenapa rekannya “membencinya”. Yang paling penting adalah perubahan sikap yang Melly lihat dari rekannya membuat dia berfikir bahwa setiap manusia pernah melakukan kekeliruan. Saat itu juga dia mengirimkan pesan singkat pada pimpinannya yang berbunyi “Tuhan memberkati anda pak “.

Terkadang kita merasa diri kita sudah cukup baik untuk menolak “sesuatu” yang baik untuk kebaikan. Belajar dari pengalaman Melly, kita diajarkan untuk menerima “tantangan” dari siapapun selama kita yakin kalau kita benar dan orang-orang disekitar kita percaya kemampuan kita. Jangan pernah tanyakan “Kenapa harus saya ?” tapi terimalah dengan mengatakan “ Saya siap karena Tuhan akan membimbing saya!“

Oleh : Helena Silalahi
Koordinator Pra Remaja

ATTITUDE ILAHI

Bacaan: Yohanes 5:1-18

Dalam ayat 1 Yohanes menjelaskan perjalanan Yesus dari Kana pergi ke Yerusalem menuju ke rumah ibadah. Ayat 2-4 menjelaskan ada suatu tempat di Yerusalem yang bernama kolam Betesda, yakni tempat orang mencari kesembuhan dengan menantikan goncangan air, siapa yang lebih dahulu masuk kedalam kolam saat goncangan terjadi dialah yang mendapat kesembuhan. Ayat 5-6 Yohanes menjelaskan bahwa Yesus melintasi kolam itu dan berjumpa dengan orang yang sakit lumpuh selama 38 tahun. Yohanes menjelaskan bahwa Yesus tahu orang itu sudah lama sakit, sehingga Ia bertanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”Kata Yesus kepadanya:”bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Hal ini menunjukan ke-Allah-an Yesus Kristus. Allah yang maha Tahu dan Allah yang peduli.

Dalam kisah pasal sebelumnya, baik tentang mujizat dan penyembuhan saya memaparkan sisi manusia bersikap, yang pada intinya manusia harus bertindak atau taat untuk memperoleh mujizat & kesembuhan. Pada kesempatan ini saya ingin mengajak bapak, ibu, saudara/I yang dikasih Tuhan, untuk melihat sikap Allah atau kita sebut karakter Allah. Dari Firman Allah ini kita dapat melihat beberapa sikap Allah kita, yakni :

Allah itu Penuh Perhatian / Peduli. Hal itu dikisahkan oleh Yohanes bahwa Yesus meperhatikan orang sakit itu. Ia bertanya: “Maukah engkau sembuh?” Allah itu Allah yang peduli, Dia sungguh penuh perhatian. Di dalam kepedulianNya Ia tidak mau memaksakan kehendak orang, Ia tetap memberikan kebebasan kepada manusia, “Maukah engkau? Dari hal ini juga kita dapat mengerti kenapa kita harus berdoa/ memohon kepada Tuhan yang Mahatahu? Karena Allah tidak ingin merusak kebebasan manusia. Dan doa manusia itu sebagai konfirmasi/peneguhan akan keinginan manusia itu. Seseorang belum tentu senang akan apa yang kita berikan atas keinginan kita, tapi orang akan senang kalau dia menerima akan apa yang dia inginkan.
Saat ini mungkin kita sedang dalam permasalahan yang begitu berat. Mungkin sakit, mungkin ekonomi kurang baik dan sebagainya. Allah sedang bertanya: “maukah anda sembuh?”, “maukah ekonomi anda pulih?” Sungguh Allah peduli dengan saudara. Bagaimana respon anda?
Suatu hal yang kita dapat dari peristiwa ini dalam merespon kepedulian Allah. Yakni, sering kali kita tidak yakin akan Allah dan diri sendiri. Kita mungkin sering menjawab seperti orang lumpuh itu:“Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku(menolong aku) ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”(aku tidak bisa apa-apa, aku tidak bisa jalan, tidak punya modal, tidak ada kepintaran, tidak…-Kalau orang lain bisa,orang lain punya modal, punya kepintaran, punya…). Kita tidak percaya kalau Allah menyertai kita dan Dia ada dalam kita. Yakini Allah itu peduli, Ia pasti menolong kita. Allah menginginkan kita bertindak “Bangun, dan Berjalanlah”. Amin!

Allah itu Sang Motivator Sejati. Yesus berkata: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Yesus memberikan semangat, memberikan motivasi. Perkataan Yesus pada orang sakit itu bukan sekedar perintah, melainkan sebuah motivasi. Yesus tahu orang itu lumpuh, tidak bisa jalan, tapi Ia berkata “Bangunlah!”, Mengapa? Karena Yesus menginginkan suatu respon dari orang itu, sikap aktif dari diri orang itu. Nyata Yesus tidak membangunkan dengan kekuatanNYA atau tanganNya. Karena Yesus Tahu Allah Bapa telah memberikan sesuatu apa adanya pada setiap manusia, yang dapat manusia gunakan sebagaimana mestinya untuk kemuliaanNya dan diri manusia itu. Namun manusia seringkali tidak menggunakan sebagaimana mestinya melainkan sebaliknya. Suatu hal yang jelas dari peristiwa ini kenapa orang itu sakit? Karena dosanya, karena tidak menggunakan apa yang dari Tuhan sebagaimana mestinya(Melanggar perintah Tuhan, ayat 14).
Bagaimana kita dapat medengarkan perkataan Sang Motivator(Perkataan Yesus)? Ia telah berbicara banyak untuk manusia melalui Alkitab(Firman Allah), baca maka anda banyak mendapatkan Spirit(Roh ) dariNya.

Ada 3 Sikap Allah terhadap manusia:

Penuh perhatian/peduli dan memberikan kebebasan memilih, Ia memberi semangat/memotivasi. Kalau sikap Allah demikian. Apakah Allah berdiam diri? Tidak, sesungguhnya Ia telah lebih dahulu bertindak untuk manusia, Ia yang menciptakan, Ia juga yang menyelamatkan dengan rela mati di atas kayu salib, dan mencurahkan Roh Kudus bagi kita. Allah lebih dahulu bertindak. Dia memberi contoh/teladan bagi kita dengan Bertindak. Benar kata A.M. Hunter dalam khotbahnya;”Jatung injil adalah Tindakan Allah” Allah telah menganugerahkan anaknya yang tunggal supaya yang percaya kepadanya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal(Yoh.3:16). Saya mengutip perkataan Andrie Wongo, motivator No 1 Indonesia “Kita ini majikan diri kita sendiri” maksudnya segala sesuatu yang kita inginkan terjadi oleh diri kita sendiri, tidak ada kata nasib, sukses dan gagal tergantung diri sendiri. Ya! benar “kita ini majikan diri kita sendiri”, namun kita tidak dapat hidup independent (berdiri sendiri) dan kita juga tidak boleh dependent (bergantung terus pada orang lain) kita itu interdependent (saling bergantungan)

Manusia yang independent(berdiri sendiri): memakai kekuatannya sendiri, merasa ia mampu super bisa, akan jatuh dan suatu saat menyadari ia tidak dapat berjalan sendiri. Manusia yang dependent (bergantung terus pada orang lain/ kepada Tuhan): selalu bergantung/mengandalkan orang lain, selalu berserah pada Tuhan dalam pengertian salah, yakni:bersikap pasip tidak mau bertindak. Ia akan jatuh, itu tidak sesuai dengan sikap Allah yang menginginkan sikap aktif/responsif (bertindak).Manusia yang interdependent itulah yang diinginkan Allah, yang bergantung kepada Allah dan menjalankannya setiap perintah Allah/petunjuk-petunjukNya. Manusia sangat membutuhkan alam sekitarnya,terutama udara. Dan lainnya.

Kita belajar dari ciptaan Allah,yakni pohon. Mengapa sebuah pohon itu begitu kuat, kokoh tidak rubuh ketika angin kencang menerpanya? Karena batangnya besarkah? Tidak! Karena banyak rantingnyakah? Tidak! Melainkan karena akarnya yang menusuk kedalam. Mengapa akar itu kuat? Karena ia hidup interdependent. Ia tidak independent (bersandar pada dirinya sendiri) ia membutuhkan kekuatan luar, seperti cacing, air, matahari dan lainnya. Namun demikian ia tidak dependent (bergantung terus) melainkan ia bertindak menjalar.

Firman Allah berkata: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri.(Ams.3:5). Allah menginginkan kita tidak bersandar pada pengertian kita sendiri, jika kita bersandar pada pengertian diri sendiri suatu saat kita akan terbentur dengan keterbatasan kita, tubuh kita akan lemah/sakit. Kita perlu petunjuk/pengarahan dari Allah. Kita tidak dapat mengenal diri kita sendiri, tapi kita tahu diri kita sendiri dari Allah yang menciptakan kita. Kita tidak tahu fungsi dari suatu benda, kalau tidak ada petunjuk dari pembuatnya. Begitu juga untuk mengetahui diri kita. Kita perlu bertanya pada pembuatnya, yakni Allah. Dia lah yang mengerti diri kita yang mampu memotivasi kearah yang benar, Dia tidak hanya memberi semangat/memotivasi, tapi Ia sendiri telah lebih dahulu bertindak untuk kita, dan berjanji menyertai jalan kita. Oleh karena itulah saya katakan “Yesus adalah Sang Motivator Sejati.”
Bagaimana kita bertindak? Tentu bertindak seperti Allah Bapa bertindak. Yesus berkata: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga”(ayat 17). Tindakan kita harus sesuai dengan tindakan Allah Bapa, yang penuh perhatian dan semangat.
Tindakan adalah bukti pengakuan kita akan Kristus Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat kita. Seperti kata Firman: “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”(Ams.3:6) Amin! Selamat bertindak dalam iman.

Oleh : Pdm. Ridwan Kurniawan S.Th

TRANSFORMASI PARADIGMA

A. Etimologi

Transformasi.
Dewasa ini orang banyak membicarakan “transformasi”. Apa sebenarnya yang dimaksud tranformasi itu? Transformasi berasal dari kata bahasa Ingris “transformation” yang arti ringkasnya berubah bentuk. Berpijak dari Alkitab kita menemukan dua kata Yunani yang dipakai untuk pengertian transformasi.
Pertama allaso” yang terdapat dalam perjanjian baru(Kiss 6:14; 1Kor 15:51-52). Kata allaso berarti change (mengubah) atau to makedifferent (membuat berbeda). Dalam sejarah setiap perubahan selalu melalui mekanisme proses, bukan sesuatu yang instant. Contohnya perubahan Eropa dan Asia pada jaman Paulus adalah hasil penginjilan yang tak kenal lelah, bukan hanya karena pergumulan dan harapan. Hal ini sesuai dengan pengertian kata taransformasi itu sebuah perubahan secara penuh biasanya mengenai sesuatu melalui perkembangan bertahap atau proses berubah mengenai sesuatu atau seseorang.
Kata yang kedua adalah metamorphoo, kata ini juga terdalam beberapa ayat Perjajnjian baru(Roma 12:2). Kata metamorphoo berartiberubah(change), transfigure (merubah rupa) dan transformasi (berubah bentuk secara bertahap). Jelas tarnsformasi atau perubahan bukan sesuatu yang instant, tapi sebuah proses seperti halnya seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu.

Paradigma.
Paradigma berasal dari bahasa Yunani “Nous” diterjemahkan dalam bahasa Inggris understanding yang berarti pengertian, model, teori, persepsi, asumsi, atau kerangka acuan
Stephen R.Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People berkata: Paradigma adalah cara kita “melihat” dunia.- bukan berkenaan dengan pengertian visual dari tindakan melihat melainkan berkenaan dengan mempersepsi, mengerti, menafsirkan.


B. Dasar Alkitabiah Transformasi.

Dalam kalangan Kristen perubahan sering diartikan dalam hal iman percaya. Perubahan iman non Kristen menjadi Kristen secara radikal, dari tidak percaya kepada kristus menjadi orang percaya secara ajaib oleh pekerjaan Roh Kudus. Pemahaman transformasi seperti itu cenderung kepada sebuah momentum, yaitu suatu saat yang ditunggu-tunggu, adanya perubahan secara radikal atas kelompok masyarakat tertentu menjadi orang Kristen. Pada hal kalau memahami pengertian kata tarnsformasi itu sendiri menunjuk kepada sebuah proses perubahan yang bertahap, berlangsung setiap hari. Transformasi bukanlah sebuah momentum tetapi lebih sebuah proses. Dapat digambarkan bagai sebuah garis panjang bukan sebuah titik. Bukan momentum yang ditunggu tetapi proses yang terus berlangsung atau dijalani.

Kalau bukan perubahan mengenai iman percaya, apa sesungguhnya yang harus berubah?
Dalam Roma 12:2 firman Allah berkata:”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Dalam ayat ini yang diinginkan adalah pembaharuan budi,maksudnya kelakuan atau karacter. Dalam bahasa aslinya dipakai kata “nous” yang berarti understanding(pengertian, dalam bahasa inggris diterjemahkan mind: pikiran). Ada beberapa kata dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan mind atau pikiran, antara lain: dianoia, ennoia, noema, qnome, dan phronema. Kata pikiran dalam Roma 12:2 adalah nous yaitu pikiran yang bertalian dengan kesadaran (consciounness) terhadap kebenaran yang membangun persepsi dalam diri seseorang. Dengan demikian yang dimaksud dalam Roma 12:2 mengenai pikiran atau nous adalah paradigma.
LAI mempermudah kita untuk mengerti akan apa yang harus berubah, yaitu kelakuan, tapi jauh dari pada itu bahasa aslinya merujuk kepada akar dari kelakuan itu tercipta/terlaksana, yakni pengertian. Karena sumber dari kelakuan kita adalah pengertian kita. Jadi jelas Alkitab mengajarkan kita betapa pentingnya merubah paradigma, mentransformasi paradigma.


C. Paradigma adalah Akarnya.

Dalam keseharian banyak orang ingin merubah akan perilakunya yang kurang baik atau kebiasaannya yang buruk, namun ketika diusahakan dengan ilmu etika itu hanya bersifat sementara. Mengapa? Kita seringkali melakukan suatu perubahan hanya dipermukaannya saja tanpa menyentuh akarnya. Pemberantasan narkoba contohnya hanya dilakukan kepada permukaannya, yakni banyak para pemakai yang ditangkap dan dirujuk sebagai Bandar. Jika kita ingin mengubah sebuah pohon menjadi pohon lain pada tempat yang sama kita harus mencabut akarnya. Demikian juga jika kita ingin mengubah perilaku yang buruk kita harus mencabut akarnya. Apa akar dari perilaku itu?
Stephen R. Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People mengatakan:” kebiasaan adalah titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan , dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan mengapa . Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan Keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan.
GAMBAR:

Perubahan menjadi atau melihat adalah sebuah proses ke atas- “menjadi”berubah jadi “melihat” yang pada gilirannya berubah jadi “menjadi,” dan seterusnya, sementara kita bergerak di dalam spiral ke atas dalam pertumbuhan. Dengan memperbaiki pengetahuan, keterampilan, dan keinginan, kita dapat menerobos ke tingkat baru keffectifan pribadi dan antar pribadi ketika kita mendobrak paradigma lama yang mungkin merupakan sumber rasa aman semu selama bertahun-tahun. Sikap serta perilaku kita bertumbuh dari asumsi-asumsi kita. cara kita memandang sesuatu adalah sumber dari cara kita berpikir dan cara kita bertindak.

Ir Edi Leo dalam bukunya Kesembuhan Emosional menggambarkan terjadinya tindakan atau perilaku seseorang, yakni timbul dari kepercayaan. Tindakan yang buruk terjadi karena kepercayaan yang salah. Kepercayaan yang dimaksud menurut saya adalah sebuah pengertian terhadap sesuatu atau persepsi/pola pikir/paradigma.

Dalam Budhaisme dikatakan sikap dan perilaku kita bertumbuh dari apa yang kita pikirkan. Pikiran seseorang menentukan tindakannya. Dari ketiga pendapat di atas saya simpulkan bahwa untuk mengubah kebiasaan/tindakan-tindakan kita harus mengubah pola pikr atau paradigma kita terlebh dahulu.

Berdasarkan Firman Tuhan Roma 12:2: Transformasi adalah perubahan pola pikir(mindset) oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus menggunakan sarana FirmanTuhan. Proses transformasi itu akan membangun manusia batiniah yang cemerlang seperti yang dikemukakan Paulus dalam 2 Korintus 4:16:“ Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”. Orang percaya bukan saja mengalami perubahan secara moral, perilaku menjadi baik tetapi juga perubahan filosofi hidup secara menyeluruh. Perubahan dari pola pikir duniawi menjadi pola pikir rohani. Pola pikir duniawi maksudnya pola pikir yang berbasis pada yang kelihatan sedangkan pola pikir rohani adalah pola pikir yang berbasis kepada nilai lebih dari kefanaan dunia ini atau berbasis kepada dunia yang akan datang. Hal itu dikemukakan Rasul Paulus dalam Roma 12:2 dan 2Korintus 4:18. Jelas misi gereja adalah mengubah pola pikir duniawi menjadi pola pikir rohani. Yang pasti kita harus mengubah paradigma lama kita terhadap sesuatu yang kita ingin ubah.


D. Mengubah Paradigma.

Paradigma atau pola pikir atau persepsi adalah sekumpulan data–data mengenai sesuatu yang kita anggap benar, maka untuk mengubah paradigma lama, kita harus memasukan data yang baru. Data yang baru tentu bukan sekedar baru, yang baru dan benar. Di mana kita mendapat data yang benar? Untuk mendapat yang benar kita harus kepada Kebenaran. Apa itu Kebenaran? Kebenaran di sini adalah Firman Allah. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).

Untuk memasukan kebenaran itu kita harus sering mendengarnya. Iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh firman Tuhan(Roma 10:17). Bukan sekedar mendengar tapi kita harus merenungkannya. Seperti kata Nabi Musa dalam Yosua 1:8 “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung”.

Untuk mengubah paradigma lama kita harus melakukan 4D terhadap Firman Tuhan, Yaitu : Didengar, Direnungkan, Dilakukan, Dibagikan.
Perubahan tidak terjadi secara instant, ia membutuhkan proses, seperti ulat menjadi kupu-kupu, yang menjijikan menjadi yang indah dan menarik. Yang pasti ulat mau diproses meskipun menyakitkan. Jika kita mau berubah kita harus berani menerima perubahan itu meskipun menyakitkan. Seperti seekor kerang yang mau menghasilkan mutiara. Ia menderita rasa sakit terkena hempasan pasir,namun ia tetap tabah demi hasil yang indah yakni sebuah mutiara.


Pdm. Ridwan Kurniawan, S.Th.