Kamis, 24 Februari 2011

Mengapa Aku Menangis? Mengapa Aku Tertawa?

Kami menonton sebuah film yang temanya sangat jarang diungkapkan, yaitu mengenai orang-orang yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan. Menariknya dalam film tersebut, pesan yang harus disampaikan adalah pesan dukacita. Orang-orang ini harus menyampaikan kabar kepada para keluarga perihal kematian orang-orang yang dikasihinya. Cerita film adalah mengenai tentara Amerika yang mendapatkan tugas pada bagian penyampai kabar untuk keluarga yang anggota keluarganya meninggal dalam tugas militer. Kematian mereka bisa karena pertempuran ataupun kecelakaan dalam tugas, dan untuk hal tersebut perlu petugas khusus sebagai penyampai resmi dari kemiliteran. Dalam film tersebut terpilih seorang sersan dan seorang kapten. Sebagai kapten, maka dia bertindak menjadi atasannya. Sebelum memulai tugas si kapten memberikan wejangan sekaligus sebagai aturan, yaitu pada intinya mereka tidak boleh melibatkan sisi emosional (keharuan, kesedihan dan semacamnya) dirinya dengan para keluarga yang berduka. Mereka hanya menyampaikan berita dengan tegas dan dingin, apabila berita sudah disampaikan maka selesailah tugasnya.

Pada awalnya si sersan bisa mengikuti aturan tersebut namun perlahan tapi pasti, sisi emosional dari si sersan mulai tidak bisa berkompromi. Secara kejiwaan malah dia mengalami tekanan mental, mulai merasa bersalah karena tidak bisa menunjukkan simpati dan empati kepada orang-orang yang sedang berduka cita. Puncaknya, dia berani melawan perintah si kapten dengan cara menunjukkan sikap simpati pada saat harus menyampaikan sebuah kabar dukacita. Dia mendapat hinaan dan marah dari si kapten, dianggap sebagai orang yang lemah. Namun dia tidak bergeming, malah merasa persoalan mentalnya justru menjadi dapat terselesaikan, dengan pembangkangan tersebut. Manusia didorong untuk bisa menyalurkan sikap emosional secara wajar. Manusia diharapkan bisa menangis dengan orang yang menangis dan tertawa dengan orang yang tertawa. Tujuannya adalah supaya secara sosial manusia itu bisa menempatkan dirinya sedemikian rupa dalam hubungan antar sesama. Ketika manusia itu tidak mau merasakan perasaan orang lain dalam hubungan sosialnya, maka lambat laun orang tersebut akan menghadapi masalah dengan dirinya sendiri.

Jadi ada saatnya kita memang harus bisa bergembira dalam kegembiraan yang orang lain dapatkan, dan juga bisa ikut merasakan kesedihan tatkala orang lain mengalami suatu kedukaan. Sikap ini bukan untuk kepentingan orang lain, tetapi justru akan sangat membantu kesehatan jiwa kita. Marilah kita memiliki jiwa yang sehat, dengan menjadi orang yang bisa bersimpati dan berempati kepada orang lain dengan tulus dan jujur.

Oleh: Sion Antonius

Rabu, 23 Februari 2011

Pemberkatan Nikah


Pernikahan Seri Batubara S.th & Eka Prasetia Naomi Mone S.th

Pemberkatan Nikah :
Sabtu, 05 Maret 2011
Pukul 10.00 WIB - selesai

Bertempat di Gereja Bethel Indonesia
Griya Bukit Jaya Blok A1 No. 09
- Gunung Putri, Bogor

Acara Resepsi :
Sabtu, 05 Maret 2011
Pukul 17.00 - 19.oo WIB
Gedung Cevest ( Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI )
Jl. Guntur Raya No. 1 - Bekasi Selatan

Kamis, 17 Februari 2011

Perayaan Natal GBI Petamburan





Manggala Wana Bakti, 25 Desember 2010

Minggu, 06 Februari 2011

Doa yang di Kabulkan

Matius 7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Bila kita buka Alkitab terbitan LAI, judul perikop dari ayat ini adalah “Hal pengabulan doa”. Kami yakin ayat ini banyak di pegang dan di hafalkan oleh umat Tuhan sebagai suatu ayat pegangan. Ayat ini begitu menguatkan dan sangat menghibur, terlebih bagi mereka yang sedang dalam pergumulan hidup. Namun jangan heran karena ada juga oarang yang tidak mau lagi berpegang akan pada ayat ini karena tidak merasakan “nyata” dari firman tersebut. Mereka berdoa dan berdoa namun sampai detik ini doa mereka tidak dijawab. Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah Tuhan ingkar janji? Apakah ayat ini Tuhan turunkan hanya untuk menghibur saja?

Saudaraku, mengapa orang bisa kecewa dengan ayat ini? Itu karena mereka berpegang hanya pada sepenggal ayat tanpa memperhatikan ayat selanjutnya. Contohnya pada kisah ini. Jika saudara hanya berpegang pada Matius 7: 7 saja tanpa memperhatikan ayat lainnya maka siap-siaplah kecewa. Dan justru inilah yang banyak terjadi, oleh sebab itu agar kita tidak kecewa marilah kita perhatikan keseluruhan ayat.

Bila kita perhatikan Matius 7:7-11, ada dua hal secara garis besar yang menjadi inti dari ayat ini yaitu Hal pengabulan doa (Matius 7:7-10) dan hal status anak (Matius 7:11).

Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan atau di penggal-penggal. Hal pertama bukan terjadi begitu saja melainkan hal pertama terjadi disebabkan oleh hal kedua. Jadi saudaraku, janganlah kita hanya berpegang pada satu bagian saja karena dengan demikian maka kita tidak akan memperoleh apa-apa. Lalu, bagaimana agar doa kita di kabulkan? Kita perhatikan ayat dibawah:

Matius 7:7-10 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?

Ayat ini berisikan janji pengabulan setiap doa oleh Tuhan. Dalam ayat ini Tuhan menggambarkan dan menjelaskan sejelas-jelasnya bahwa Tuhan akan mengabulkan doa umatnya. Namun satu hal jangan kita lupa memperhatikan pada ayat yang ke sebelas dibawah:

Matius 7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."


Ayat ini menjelaskan bahwa hal pengabulan doa itu berkaitan dengan hubungan Bapa dengan anak. Seorang Bapa yang baik pasti akan mengabulkan setiap permintaan anaknya yang baik.

Intinya begini saudaraku, Tuhan pasti akan mengabulkan setiap doa-doa anak-Nya. Nah, yang menjadi pertanyaan, apakah kita sudah menjadi anak-Nya? Terlebih lagi menjadi anak-Nya yang baik bukan sekedar anak gampangan? Jika kita menjadi anak-anak yang baik, bukan menjadi anak-anak gampangan, Tuhan pasti akan mengabulkan permohonan-permohonan kita.

Saudaraku, ada dua hal yang harus kita lakukan untuk menjadi anak-anak Tuhan yang baik yaitu:
1. Bersedia menerima didikan dan peringatan oleh Tuhan. Ibrani 12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

Sebagai manusia yang masih terdiri dari daging, terkadang kita masih melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan yang baik, kita harus bersedia menerima didikan dan peringatan Tuhan yang disampaikan melalui hamba-hamba Tuhan atau orang lain yang di pakai Tuhan untuk menegur kita dengan sikap yang rendah hati.

Contohnya begini, ada seorang ibu yang tidak datang kegereja karena tersinggung dengan kotbah yang disampaikan oleh hamba Tuhan minggu lalu, dimana kebetulah kotbah tersebut sangat keras. Ibu tersebut menduga bahwa hamba Tuhan itu sengaja menyampaikan firman tersebut untuk dirinya. Padahal tidak demikian saudara, hamba Tuhan membawa firman sesuai dengan tuntunan Tuhan. Nah, contoh demikian bukanlah contoh anak Tuhan yang baik melainkan adalah contoh anak Tuhan gampangan yang tidak mau menerima didikan dan peringatan dari Tuhan. Hal demikian janganlah kita tiru.

2. Bersedia menerima hajaran dari Tuhan.

Ibrani 12:6-8 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

Seorang anak yang sudah melakukan kesalahan yang sudah keterlaluan pasti akan di hajar oleh Bapanya. Demikian juga Tuhan akan menghajar anak-anak-Nya yang sudah melakukan kesalahan yang keterlaluan.

Contohnya adalah Daud. Dalam alkitab kita temukan dua kesalahan besar Daud yang oleh karenanya ia dihajar oleh Tuhan. Kesalahan pertama ialah berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria suami Batsyeba (2 Samuel 11:1-26). Kesalahan kedua adalah Daud terbujuk oleh Iblis untuk menghitung jumlah tentaranya yang mengakibatkan dia jatuh dalam dosa kesombongan (I Tawarikh 21:1).

Namun sebagai anak yang baik, Daud bersedia menerima didikan, teguran dan hajaran dari Tuhan dengan sikap yang menerima dan rendah hati, itu kita temukan pada dua ayat dibawah:

2Samuel 12:13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.

2Samuel 24:14 Lalu berkatalah Daud kepada Gad: "Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia."

Dari kedua ayat ini kita lihat kerendahan hati Daud menerima dengan tulus didikan dan hajaran Tuhan, walaupun karena itu ia harus menderita kehilangan anak dari Batsyeba dan kehilangan tujuh puluh ribu orang rakyatnya.


Karena Daud adalah anak yang baik, bukan anak gampangan maka Tuhan selalu mengabulkan doa-doa Daud. Lalu bagaimana dengan kita saudaraku? Ingin doa kita dikabulkan oleh Tuhan? Jadiah anak-anak-Nya yang baik, anak-anak yang siap menerima didikan, peringatan bahkan hajaran Tuhan. Bukan menjadi anak-anak gampang yang tidak bisa menerima didikan dan hajaran Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin

DUA SIKAP KETIKA MENGHADAPI PENCOBAAN

Mazmur 18:7 Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.

Ada dua sikap yang mungkin ditunjukkan oleh umat Tuhan pada waktu mengalami pencobaan yaitu:
1.Menjauh dari Tuhan.
2.Semakin dekat kepada Tuhan.

Sikap yang kita tunjukkan menunjukkan siapa kita. Jika kita bersikap seperti yang pertama, itu menunjukkan bahwa kita ikut Tuhan hanya ingin enaknya saja. Ikut Tuhan karena mengejar berkat jasmani belaka. Jika kita bersikap seperti point kedua, artinya kita mengenal siapa Tuhan yang kita sembah. Kita mengenal rencana Tuhan dalam hidup kita. Kita mengetahui bahwa Tuhan punya rencana pada setiap apapun yang terjadi dalam hidup kita.

Contoh untuk point pertama adalah Orang Demas. Demas meninggalkan pelayanan hanya karena tidak tahan menderita dan aniaya. Demas lebih memilih kenikmatan dunia dari pada menderita bersama-sama dengan Paulus dalam menyebarkan injil Kristus. Penderitaan menyebabkan dia meninggalkan jalan Tuhan dan kembali kepada kehidupan dunia. Hal itu dapat kita lihat pada ayat dibawah:

II Timotius 4:9-10 Berusahalah supaya segera datang kepadaku, karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.

Contoh untuk point ke dua adalah Daud. Daud tidak pernah lari dari Tuhan ketika mengalami penderitaan. Ayat diatas menunjukkan semakin ia menderita, semakin ia berseru-seru kepada Tuhan. Sebenarnya bisa saja Daud kecewa dan menuntut serta menuduh Tuhan tidak tepati janji. Bukankah Samuel telah mengurapi dia menjadi raja sebelumnya. Kenapa bukan tahta kerajaan yang di dapatnya, melainkan penderitaan dan di kejar-kejar Saul. Bukankah seharusnya ia tidur di istana megah bukan sebaliknya tidur di dalam gua-gua?

Daud tetap bertahan didalam Tuhan karena ia tahu dan mengenal siapa Tuhan yang dia sembah. Ia meng mengenal segala jalan dan rancangan Tuhan dalam hidupnya. Hal itu dapat kita lihat pada ayat dibawah:

Mazmur 22:33-35 Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melengkungkan busur tembaga.

Dari ayat ini kita lihat bahwa Daud menyadari bahwa Tuhan sedang mendidik dan mengajar dia dalam setiap penderitaan yang dia alami. Melalui penderitaan Tuhan mendidik dia untuk memiliki mental prajurit dan pria sejati. Prajurit dan pria sejati tidak di nilai dari berapa banyak musuh yang di bunuhnya melainkan berapa banyak dia bersabar dan mengampuni. Daud telah membuktikan itu. Sejahat-jahatnya perbuatan Saul atas dirinya, dia tidak pernah mau membalas bahkan dia mengampuni Saul. Dalam beberapa kesempatan bisa saja dia membunuh Saul, namun tidak dilakukannya, malahan dia tetap menaruh hormat kepada saul.

Lalu bagaimana dengan kita? Bagaimana sikap kita ketika mengalami pencobaan? Apakah seperti Demas yang pergi meninggalkan Tuhan dan kembali kepada kehidupan dunia atau seperti Daud yang berseru-seru kepada Tuhan?

author: Nelson Saragih

GAJAH TERBANG

Pernah melihat gajah terbang? Gajah terbang tentu hanya ada dalam cerita dongeng, cerita-cerita jenaka yang pastinya untuk anak kecil. Namun ada sedikit pandangan yang berbeda dan mungkin akan menggelitik kita tentang gajah terbang, seorang teman saya berkata bahwa gajah tidak bisa terbang karena gajah terlalu banyak mendengar apa kata manusia. "Buktinya ukuran telinganya yang lebar banget!", lanjut teman saya.

Teman saya membandingkan fenomena ini dengan kepak sayap lebah. Selama ratusan tahun, lebah menjadi misteri. Tak seorang pun, bahkan saintis paling kaliber mampu menjelaskan fenomena kepakan sayap lebah.

Lebah tidak memiliki telinga. Lebah hanya memiliki sepasang sayap yang kecil, namun mampu mengangkut nektar yang beratnya kadang menyamai berat tubuhnya. Bahkan menariknya, jagankan mengangkut nektar menurut pengamatan ahli dengan hanya mengandalkan sayap sekecil itu Lebah seharusnya tidak bisa mengangkat dirinya sendiri.

Setiap manusia tentu memiliki impiannya masing-masing, semua harus berjuang untuk mencapainya. Selama proses pencapaian tersebut, kritikan atau sindiran dan diragukan oleh orang lain itu akan selalu ada. Namun orang yang bertahan dan berani berjuang serta taat sampai akhir walaupun dipandang sebelah mata oleh orang lain dan mengalami segala bentuk intimidasi baik dari orang lain maupun dari dirinya sendiri. Dia adalah orang yang hebat! Dia akan unggul sebagai juaranya.

Kritikan akan selalu ada, tapi seorang pemenang tahu kapan waktu dia membuka telinga dan kapan tidak.
Sumber : jawaban.com