Pengetahuan kebanyakan orang Kristen tentang Roh Kudus sangat kurang.
Kebanyakan khotbah adalah mengenai Allah Bapa dan Allah Putra, sedang khotbah
mengenai Roh Kudus sangat jarang. Dalam hal esensi, Roh Kudus sama dengan Allah
Bapa dan Allah Putra. Adalah kehadiran Roh Kudus atau ketidakhadiran-Nya dalam
kehidupan seseorang yang membedakan seseorang hidup secara rohani atau mati secara
rohani. Kelahiran baru atau kelahiran rohani seseorang adalah karya Roh Kudus
dalam dirinya (Yohanes 3:1-8). Roh Kudus adalah Pribadi ketiga Allah
Tritunggal: Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah suatu
bayangan atau roh halus yang samar-samar, bukan pula suatu kekuatan atau
pengaruh gaib yang samar-samar.
Roh Kudus adalah Pribadi yang memiliki kepribadian, yang memiliki
"pemikiran" (yang mengetahui apa yang dipikirkan manusia -- 1
Korintus 2:11), memiliki "perasaan" (Ia mengasihi -- Roma 15:30), dan
memiliki "kemauan" (yang mengerjakan atau melaksanakan segala sesuatu
menurut kemauan-Nya -- 1 Korintus 12:11). Roh Kudus adalah Pribadi yang dalam
segala hal sama dengan Allah Bapa dan Allah Putra. Keseluruhan sifat ilahi
Allah Bapa dan Allah Putra ada pada-Nya.
Roh Kudus adalah Roh Allah, karena itu Roh Kudus adalah Roh Kehidupan
(Roma 8:2, "Roh yang memberi hidup"), Roh Kebenaran (Yohanes 16:13,
"apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran"), Roh Kasih Karunia (Ibrani 10:29), Roh Kekudusan (Roma
1:4). Fungsi-Nya atau peranan-Nya adalah "mengajar dan menguatkan"
(Yohanes 14:26), "mendiami" batin setiap orang percaya (1 Korintus
3:16), "menuntun" ke dalam seluruh kebenaran, dan memberitakan
hal-hal yang diterimanya dari Kristus (Yohanes 16:13, 14). Pekerjaan Roh Kudus
pada zaman Perjanjian Lama tampak pada penciptaan alam semesta (Kejadian 1, 2,
3; Ayub 26:13; Mazmur 104:30), pada nubuatan-nubuatan (2 Petrus 1:21; 2
Timotius 3:16), dan pada pemberian kuasa melayani (1 Samuel 16:13). Pekerjaan
Roh Kudus dalam kehidupan pelayanan Yesus Kristus tampak dalam kelahiran Yesus
sebagai manusia (Matius 1:18-20; Lukas 1:30-35), pada pembaptisan (Yohanes
1:32), pada mukjizat-mukjizat (Matius 12:28), pada kelahiran baru orang percaya
(Yohanes 3:5-6), dan pada kebangkitan Yesus Kristus (1 Petrus 3:18; Roma 8:11).
Apabila pelayanan Yesus Kristus dan murid- murid-Nya tergantung kepada Roh
Kudus, terlebih lagi kehidupan dan pelayanan kita.
Mengapakah Roh Kudus Datang?
Apakah yang menjadi tujuan utama dari kedatangan-Nya? Tujuan utama
kedatangan-Nya adalah untuk "memuliakan Yesus Kristus", (Yohanes
16:14). Mengapakah Roh Kudus memuliakan Yesus Kristus? Karena Kristus adalah
"jalan" (Yohanes 14:6) dan Ia datang untuk "mencari dan
menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10).
Tidak jarang orang memberi kesan seolah-olah Roh Kudus hanyalah
kekuatan yang tidak berpribadi (impersonal force) dan yang dapat dipakai untuk
kebutuhan kita. Roh Kudus adalah Pribadi, yang menguasai dan memakai manusia
untuk kemuliaan nama Allah dan Kristus dan untuk kebaikan tertinggi kita.
Bukannya kita yang memakai Allah, tetapi Allahlah yang memakai kita.
Peranan Roh Kudus Dalam Kehidupan Sehari-Hari Orang-Orang Percaya
Setelah mengerti siapa Roh Kudus dan mengapa Ia harus datang, maka
marilah kita memperdalam pengertian kita akan peran Roh Kudus dalam kehidupan
orang percaya. Sesungguhnya, peran Roh Kudus sangat menentukan dalam kehidupan
orang-orang percaya. Karena Allah melaksanakan kehendak-Nya dalam kehidupan
orang-orang percaya melalui penguasaan atau pengaturan Roh Kudus atas kehidupan
kita. Karena itu, untuk menjadi seorang Kristen yang berhasil, kita harus
menaatkan diri kita pada pengaturan Roh Kudus, kita harus mengizinkan hubungan
kita dengan Roh Kudus menjadi hubungan yang benar-benar vital, yang benar-benar
nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.
Adapun hubungan Allah Tritunggal dengan masing-masing orang percaya
adalah sebagai berikut: Allah Bapa adalah Pencipta kita, Allah Putra membeli
kita dengan membayar dengan darah-Nya sendiri, dan Allah Roh Kudus datang
mendiami diri kita, (1 Korintus 3:16, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu
adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?") Jadi, Roh
Kudus telah datang untuk membawa kenyataan kristiani yang terdapat dalam
Alkitab ke dalam hati kita.
Kini mari kita memusatkan perhatian pada peranan utama Roh Kudus dalam
diri orang-orang percaya, yaitu peranan-Nya sebagai "Meterai" dan
"Penghibur".
Sebagai "Meterai"
Roh Kudus adalah "Meterai" orang-orang percaya karena Ia
adalah uang muka (down payment) atau jaminan dari keselamatan penuh kita
(Efesus 1:13, 14, "di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar
firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika
kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya").
Kehadiran Roh Kudus atau Roh Allah dalam diri orang-orang percaya merupakan
bukti nyata bahwa orang-orang percaya telah diangkat menjadi anak-anak Allah.
Adalah Roh Kudus yang bersaksi kepada roh kita, bahwa kita yang percaya pada
Yesus Kristus adalah anak-anak Allah untuk selama-lamanya. Jadi, oleh kesaksian
Roh Kudus kepada roh kita masing-masing, kita mengetahui bahwa kita telah
diangkat sebagai anak-anak Allah (Roma 8:15, 16, "Sebab kamu tidak
menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah
menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya
Abba, ya Bapa! Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Allah.")
Jadi, kepastian bahwa kita adalah anak Allah Bapa, diperoleh dari
kesaksian Roh Kudus dalam hati atau batin kita. Kehadiran Roh Kudus dalam diri
kita masing-masing, membuktikan kebenaran pengakuan kita bahwa kita adalah
orang-orang Kristen. Setiap orang percaya yang lahir baru dalam Kristus,
didiami oleh Roh-Nya. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita masing-masing,
membuktikan bahwa kita telah menjadi milik Kristus, karena seperti Roma 8:9
katakan, "Jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus." 1 Yohanes 3:24 menyatakan, "Demikianlah kita ketahui, bahwa
Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita."
Dan Yudas 19 mengatakan, "Mereka adalah pemecah belah yang dikuasai hanya
oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus".
Pada kemudian hari, ketika Yesus Kristus datang kembali ke dunia, Roh
Kudus yang mendiami orang-orang percaya akan menanggapi seruan Mempelai
(Kristus) yang datang, akan menyembah-Nya, dan mempersembahkan orang-orang
milik-Nya dalam keadaan sempurna tanpa cacat. Adalah sangat vital untuk
mengetahui hal ini, untuk mengetahui bahwa diri kita yang percaya telah
dimeteraikan, telah dijamin oleh Roh Kudus. Roh Kudus ada di dunia ini untuk
menyiapkan saat ketika iman beralih kepada penglihatan mata, yaitu ketika
orang-orang percaya bertemu muka dengan muka dengan Kristus, ketika akan
melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yohanes 3:2, "Sekarang
kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan
tetapi kita tahu bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi
sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang
sebenarnya.")
Sebagai "Penghibur"
Kata "Penghibur" dan "Penasihat" menandakan akan
kehadiran Kristus yang terus-menerus dengan kita, penyertaan-Nya abadi dengan
kita. Kristus tidak pernah menjanjikan kepada kita kehidupan yang serbasenang,
yang tanpa kesulitan. Yang dijanjikan-Nya adalah kehadiran-Nya selalu dengan
kita, baik pada waktu-waktu senang maupun pada waktu-waktu sulit (Ibrani 13:5,
"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak
akan meninggalkan engkau.") Kehadiran-Nya itulah janji-Nya kepada kita,
dan Roh Kudus-Nya adalah penggenapan dari penyertaan abadi-Nya pada kita. Tanpa
Roh Kudus, hubungan kita dengan Allah Bapa tidaklah mungkin terjalin. Roh Kudus
adalah jembatan kita untuk menghampiri Yesus Kristus dan Allah Bapa. Roh Kudus
adalah satu-satunya alat komunikasi kita dalam perjalanan menghampiri Allah.
Kristus telah berkata, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.
Sebab jikalau Aku tidak pergi, "Penghibur" itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu."
(Yohanes 16:7)
Seperti kita ketahui, para murid Yesus telah menjadi sahabat-Nya yang
paling karib selama 3 tahun kehidupan-Nya di dunia. Murid-murid-Nya telah
mengalami suatu pergaulan indah dengan-Nya. Mereka telah melihat bagaimana Ia
menyembuhkan orang-orang sakit, bagaimana Ia memberi makan lima ribu orang hanya
dengan lima buah roti kecil dan dua potong ikan. Mereka telah mendengar
ucapan-ucapan-Nya, ajaran-ajaran-Nya, sehingga mereka bersaksi, "Belum
pernah seorang manusia berkata seperti orang itu." Mereka bahkan telah
melihat bagaimana Yesus menghidupkan kembali orang mati. Dengan bukti-bukti
nyata yang begitu meyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama
dinanti-nantikan bangsa Israel, mereka meninggalkan kampung halaman, sanak
saudara, dan pekerjaan mereka untuk mengikuti Yesus. Bayangkanlah betapa
kecewanya dan sedihnya mereka ketika Yesus mengungkapkan bahwa Ia harus mati.
Tetapi Yesus menghibur mereka dengan berkata, "Adalah lebih berguna bagi
kamu, jika Aku pergi, sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan
datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu"
(Yohanes 16:7). Dengan kata lain, Yesus berkata bahwa adalah mutlak perlu Ia
harus pergi, harus mati, agar para murid-Nya beroleh keuntungan yang bersifat
kekal, yang bersifat abadi. Ia akan mengirim atau mengutus Pengganti-Nya.
Perhatikan, Ia tidak mengatakan bahwa Ia akan memberi "penghiburan",
tetapi akan mengutus "Penghibur"; akan mengutus "Penolong"
(Yohanes 14:16).
Untuk dapat berada di bumi ini, Putra Tunggal Allah harus dibatasi
dengan tubuh-Nya, sehingga pada waktu itu Ia hanya dapat berada dalam satu
tempat pada satu saat. Ketika Ia berada bersama-sama dengan murid-murid-Nya di
Galilea, Ia tidak dapat berada bersama-sama mereka di Yerusalem. Sehingga untuk
melepaskan diri-Nya dari batas-batas geografis yang membatasi-Nya sebagai
manusia, Yesus Kristus harus meninggalkan dunia. Namun, pada hari Pentakosta,
Ia telah datang kembali sebagai Kristus yang tidak tampak di mata, yang hadir
di mana-mana, yang mendiami dan berkomunikasi secara serentak dengan semua
orang yang percaya kepada-Nya.
Kebahagiaan Kristen
Kita, orang-orang percaya, bukan saja berbahagia karena didiami Roh
Kudus, tetapi berbahagia terutama karena adanya komunikasi antara kita dengan
Roh Kudus. Sesungguhnya, yang memberikan kebahagiaan abadi kepada kita adalah
komunikasi kita dengan Roh Kudus. Sejak saat kita percaya sungguh-sungguh
kepada Yesus Kristus, mulailah Roh-Nya mendiami roh kita, dan Ia akan tinggal
bersama kita untuk selama-lamanya. Akan tetapi, kebahagiaan abadi kita, kita
peroleh dari kehidupan kita yang "berkomunikasi" dengan Dia.
Sehingga, secara singkat, dapatlah dikatakan "kediaman" Roh Kudus
dalam roh kita adalah "kehadiran kekal" Allah dengan kita. Sedang
"pemenuhan" Roh Kudus atas kita adalah keadaan "saling komunikasi"
antara Allah dengan kita. Sesungguhnya kebahagiaan kita, orang-orang percaya,
diperoleh dari komunikasi terus-menerus kita dengan Allah. Begitu banyak orang
Kristen, yang walaupun sudah benar-benar lahir baru dalam Kristus, tetapi
merasa sengsara terus. Mengapa? Karena komunikasi mereka dengan Allah adalah
komunikasi secara mekanis saja.
Seperti halnya suatu kehidupan perkawinan yang memang menunjukkan suatu
kebersamaan, tetapi tidak selalu berarti ada kebersamaan yang bahagia, tidak
selalu berarti ada komunikasi mesra, tidak selalu berarti ada harmoni dalam
pemikiran dan perasaan antara suami istri. Demikianlah pula banyak orang
Kristen yang hidup bersama dengan Allah, tetapi tidak berkomunikasi dengan Dia.
Sehingga walaupun Roh Kudus mendiami diri mereka, komunikasi mereka dengan
Allah adalah secara akademis saja. Dalam kebaktian-kebaktian gereja, tampaknya
hubungan mereka dengan Allah beres-beres saja, tetapi kenyataan yang
sesungguhnya adalah sudah berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan mereka tidak
lagi berkomunikasi dari hati ke hati dengan Allah. Sehingga tidaklah
mengherankan apabila kehidupan keseharian mereka dipenuhi dengan frustrasi dan
ketidakmampuan.
Jadi, kunci kebahagiaan orang-orang percaya tidak saja terletak dalam
kebersamaan kita dengan Allah melalui Roh Kudus-Nya. Bahkan tidak saja terletak
pada pengintegrasian emosional antara kehendak kita dengan kehendak Allah,
tetapi pada "pergantian" dari kehendak kita kepada kehendak Allah.
Karena apabila kita mencoba mengizinkan kedua kehendak (kehendak kita dan
kehendak Allah) menguasai kehidupan kita, maka hasilnya adalah kehidupan
Kristen yang frustrasi. Apabila kita mengizinkan kehendak kita bersaing dengan
kehendak Allah atas kehidupan kita, maka Roh Kudus tidak dapat memenuhi
kehidupan kita. Apabila kita dipenuhi oleh diri kita, Roh Kudus tidak dapat
memenuhi diri kita, sebagaimana kita tidak dapat memenuhi sebuah gelas
sepenuhnya dengan susu dan sepenuhnya dengan air. Roh Kudus hanya dapat
memenuhi kehidupan kita apabila kita mengesampingkan kehendak dan cita-cita
kita dan bersuka cita dengan peranan kita sebagai pelayan-pelayan Allah. Jadi,
menaati kehendak Allah berarti menjalani kehidupan Kristen yang benar, bukan
yang palsu.
Ketaatan Adalah Persoalan "Kebenaran"
Allah adalah kebenaran sempurna. Bagaimanakah kita yang berdosa dapat
berkomunikasi dengan Allah yang Mahabenar? Hanya apabila kita menjadi benar,
dan menjadi benar ini tidak dapat kita usahakan sendiri, bagaimanapun kita
berupaya mengusahakannya. Seperti pengakuan Nabi Yesaya, "segala kesalehan
kami seperti kain kotor" (Yesaya 64:6) di hadapan Allah yang Mahabenar,
Mahasuci. Hanyalah kebenaran yang kita peroleh dari Allah, yang membuka jalur
komunikasi kita dengan Dia. Alkitab mengajar bahwa setiap manusia berdosa.
Karena itu, satu-satunya jalan untuk menghampiri Allah yang Mahasuci adalah
dengan mengaku jujur akan keadaan kita yang berdosa di hadapan Allah. Sebagai
orang-orang berdosa, kita mutlak membutuhkan penyembuhan, namun penyembuhan ini
tidak mungkin didapat dengan usaha kita sendiri. Hanyalah Roh Allah yang dapat
menyembuhkan kita, saat Ia memasuki kehidupan kita. Penyembuhan-Nya mujarab dan
efektif karena penyembuhan-Nya adalah penyembuhan yang dimulai dari kedalaman
jiwa kita. Sedang penyembuhan atas usaha kita sendiri, yang paling baik
sekalipun, hanyalah menyentuh permukaan jiwa kita. Seperti para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi yang berusaha keras, melalui ketaatan beragama, hidup benar
di hadapan Allah, tetapi tentang usaha mereka itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke
dalam kerajaan surga" (Matius 5:20). Sesungguhnya kebenaran kita,
orang-orang percaya, hanyalah ada pada Kristus Yesus, dan kebenaran tersebut
kita peroleh melalui iman kepada-Nya. Karena itu, untuk mendapatkan kebenaran
Kristus, kita harus datang kepada-Nya, mengaku keadaan berdosa kita di
hadapan-Nya.
Pengakuan Dosa Berarti Komunikasi Terjalin Kembali
Mengaku dosa-dosa kita di hadapan Allah, berarti "setuju
dengan" Allah bahwa kita telah bersalah. Kita mengaku dosa-dosa kita,
bukannya terutama untuk memohon ampun kepada Allah, karena sekali kita telah
benar-benar percaya Yesus Kristus, sekali kita telah benar-benar selamat dalam
Dia, maka dosa-dosa kita telah diampuni-Nya untuk selama-lamanya. Namun, sekali
kita "setuju dengan" Dia bahwa kita telah bersalah, maka keterbukaan
atau kejujuran kita terhadap-Nya memulihkan kembali komunikasi kita dengan
Allah, yang terganggu oleh pelanggaran kita. Dosa yang kita lakukan tidaklah
menghapus hubungan kita dengan Allah, sebagaimana halnya suatu percekcokkan
tidak menghapus suatu hubungan perkawinan. Namun, suatu pelanggaran
mengakibatkan suasana suram pada hubungan kita dengan Allah, sampai keterbukaan
menjalin kembali hubungan kita dengan Dia. Kita memperoleh pembenaran Allah
oleh keterbukaan atau kejujuran kita terhadap-Nya. Karena itu, untuk menjadi
benar, kita harus mengakui kesalahan-kesalahan kita kepada-Nya. Apabila tujuan
kehidupan kita adalah untuk hidup dalam komunikasi terus-menerus dengan Allah,
maka jelaslah jujur terhadap Allah, terbuka di hadapan Dia, berarti selalu
mengaku dosa-dosa kita di hadapan-Nya.
Yesus Kristus berjanji, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu,
damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu" (Yohanes 14:27). Damai sejahtera
ini bukannya kita peroleh dengan usaha kita sendiri, tetapi akan kita peroleh
apabila kita memberi keleluasaan kepada Roh Kudus untuk menguasai kita secara
penuh. Yesus Kristus telah berjanji tidak akan membiarkan kita berada dalam
pergulatan sengit dengan diri kita yang lama. Semakin Roh Kristus diberi
kesempatan berkuasa atas kita, maka akan semakin hilang pertentangan dalam
batin kita, yaitu pertentangan antara keinginan diri kita yang lama (keinginan
daging) dengan keinginan diri kita yang baru (keinginan Roh). Pertentangan
dalam batin ini telah disinggung Rasul Paulus dalam Roma 7:21-26 dan Galatia
5:17. Yesus Kristus telah berjanji tidak akan membiarkan atau meninggalkan
kita, berarti Roh-Nya akan selalu menolong kita, akan selalu memberi kekuatan
atau kemampuan kepada kita untuk semakin mampu menaati-Nya, sehingga hidup
dengan tekad tunggal untuk selalu berada dalam komunikasi mesra dengan Yesus
Kristus, pujaan kita. Memadamkan Roh-Nya berarti menghalang-halangi terjalinnya
komunikasi dengan Allah Bapa.
Baik keselamatan kekal kita maupun hubungan mesra kita dengan Allah
Bapa, semuanya adalah semata-mata berdasarkan pada karya penebusan Yesus
Kristus yang sudah selesai dan sempurna. Namun demikian, kita perlu mengaku
dosa-dosa kita agar kedamaian dan kebahagiaan batin kita terjamin dan
terpelihara. Tanpa pengakuan dosa-dosa kita di hadapan Allah, tanpa kejujuran
terhadap Allah, tidak akan ada kabahagiaan Kristen yang sesungguhnya.
Bahan dari:
The Taste of Joy - Calvin Miller
Ten Basic Steps Toward Christian Maturity
The Holy Spirit - A.B. Simpson
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah : Hikmat Kekal, Edisi Mei/Juni
1986, No. 30
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan MST, Jakarta 1986