Minggu, 29 Juni 2008

Tuhan, Anakku MembutuhkanMu

Ia berlari mengejar ketika melihat sang dokter bedah keluar dari ruang operasi. Katanya, ” Bagaimana keadaan anak lelakiku Dok ? Apakah ia akan membaik? Kapan aku boleh melihatnya? ”
Sang dokter bedah menjawab, ” Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami telah melakukan segala hal yang kami bisa, tetapi anak anda tidak berhasil kami tolong.”

Sally langsung lemas, ” Mengapa anak kecil harus terserang kanker? Apakah Tuhan sudah tidak peduli lagi? Dimanakah Engkau Tuhan, ketika anakku membutuhkanMu?”
Sang dokter bedah bertanya, “ Apakah engkau menginginkan waktu untuk berdua saja bersama anakmu? Sebelum perawat membawanya ke ruang bedah di kampus? Aku akan meminta perawat keluar dari ruangan.”

Sally meminta si perawat menemaninya melihat anaknya untuk terakhir kali. Sally memeluk jasad Jimmy, mengelus-elus rambutnya sambil berusaha menghentikan tangisnya. ”Apakah engkau ingin menyimpan seikat rambutnya?” tanya si perawat. Sally menggangguk mengiyakan. Si perawat memotong seikat rambut Jimmy, memasukkannya di kantong plastik dan memberikannya kepada Sally.

Sally mengatakan, ” Ini adalah permintaan Jimmy, untuk mendonorkan tubuhnya ke kampus untuk kepentingan penelitian. Ia bilang ini bisa membantu orang lain terhindar dari kanker. Awalnya aku menolak, tetapi Jimmy mengatakan, ” Mama, aku sudah tidak membutuhkannya setelah aku mati. Mungkin ini bisa membantu anak-anak lain agar mereka bisa tetap hidup bersama ibunya di dunia”.

Sambil meninggalkan ruangan Sally berkata, ” Jimmyku adalah anak berhati emas, selalu memikirkan orang lain, selalu ingin membantu orang lain selama ia bisa.”
Sally pergi meninggalkan rumah sakit untuk yang terakhir kali, setelah selama enam bulan ia harus mondar mandir merawat Jimmy di situ. Ia meletakkan tas yang berisi barang-barang Jimmy di kursi mobil di sebelah dia menyetir.

Perjalanan pulang terasa sungguh berat, apalagi saat memasuki rumahnya yang kosong. Ia bawa barang-barang Jimmy termasuk seikat rambut dalam kantong plastik. Ia meletakkan kembali mobil-mobilan dan mainan yang lain di lemari mainan milik Jimmy yang ada di kamar belajar. Setelah itu ia berbaring di tempat tidur Jimmy dan menangis sejadi-jadinya. Sekitar tengah malam Sally terbangun. Disebelahnya tergeletak sebuah surat yang terlipat rapi. Di dalam surat itu tertulis demikian.

Mamaku saying, aku tahu engkau akan kehilangan aku. Tetapi jangan berfikir bahwa aku akan melupakanmu atau berhenti mencintaimu, hanya karena aku tidak bersamamu. Aku mencintaimu mama! Aku akan selalu mencintaimu. Selamanya! Dan suatu saat nanti kita akan bertemu kembali. Saat ini, bila engkau ingin mengadopsi seorang anak laki-laki, agar engkau tidka kesepian, aku tidak keberatan. Ia boleh mamemakai kamarku dan smua mainanku. Tetapi kalau engkau mengadopsi anak perempuan, mungkin dia tidak menyukai mainanku. Engkau harus membelikannya boneka dan mainan yang ia suka, buka?

Jangan sedih memikirkan aku. Tempatku disini sangat rapi dan bersih. Kakek dan nenek langsung menjengukku saat aku tiba disini dan membawaku berkeliling di sekitar sini untuk melihat-lihat. Perlu sediakan waktu yang cukup untuk bisa melihat semuanya.
Malaikat-malaikat disini sangat mengagumkan. Aku senang melihat mereka terbang. Dan tahu nggak, Yesus ternyata tidak seperti foto-fotonya selama ini. Tetapi saat pertamakali melihatnya, aku tahu Dia adalah Yesus. Dia sendiri yang membawaku menemui TUHAN! Dan coba tebak mama, aku didudukkan di pangkuan Tuhan dan boleh berbicara denganNya! Aku seperti orang istimewa disini.

Saat aku katakan aku ingin menulis surat untukmu, untuk mengucapkan selamat tinggal, aku tahu itu dibolehkan. Tapi tahukah mama yang terjadi? Tuhan memberiku beberapa lembar kertas dan memimjamkan pena pribadiNya kepadaku. Seorang malaikat, kalau tidak salah bernama Gabriel yang akan bertugas menyampaikan surat ini kepadamu. Tuhan memintaku untuk menjawab pertanyaanmu kepadaNya. ”Dimanakah Engkau Tuhan, ketika anakku membutuhkanMu?”

Tuhan bilang Dia ada di tempat yang sama denganku, sama seperti saat AnakNya, Yesus disalib. Ia berada disana juga. Ia selalu bersama dengan anak-anakNya.
Satu lagi mama, tidak ada orang lain yang bisa membaca tulisanku ini kecuali engaku. Bagi orang lain, surat ini akan terlihat sebagai kertas kosong. Mengagumkan bukan? Aku harus mengembalikan pena ini kepadaNya sekarang. Ia memerlukannya untuk menulis nama beberapa orang lagi dalam Buku Kehidupan.

Malam ini aku akan duduk bersama Yesus untuk makan malam.Aku yakin menu makannya akan hebat!
Oh ya, aku hampir lupa mengatakan kepadamu, aku sudah tidak sakit lagi, kankernya sudah hilang.....Aku senang karena aku tidak menderita sakit kanker lagi dan Tuhan juga tidak senang melihatku sakit seperti itu. Sakit itu hilang saat Ia mengirimkan malaikatNya untuk menjemputku. Malaikat itu bilang, Ia adalah kiriman khusus. Hebat sekali bukan?

Ditulis dengan penuh cinta oleh Tuhan dan Aku
( Diterjemahkan oleh Ir.Agus Budianto – Majelis )

Tidak ada komentar: