Rabu, 05 Maret 2008

KASIH YANG SEJATI

Pada Tahun 1930-an situasi negara Jerman dalam kondisi yang sangat sulit, perekonomian sangat merosot. Pabrik-pabrik banyak yang tutup, pengangguran meningkat. Sehingga Bangsa Jerman kehilangan percaya diri. Pada saat itulah tampil partai yang menamakan diri National Sosialist yang terkenal dengan sebutan ”NAZI”. Partai ini mengajarkan untuk cinta akan bangsa. Partai ini berhasil mengajak rakyat untuk cinta akan bangsanya. Partai ini semakin berhasil dan membawa pemimpinnya menjadi Perdana Menteri dan kemudian menjadi Presiden dengan kekuasaan mutlak.
Rakyat begitu mengasihi bangsanya, karena begitu cinta akan bangsanya mereka menjadi benci akan bangsa lain, salah satu wujud kebenciannya adalah mereka menindas bangsa Yahudi yang bermungkim di German. Mereka membasmi orang-orang Yahudi. Mereka yang mengatas namakan cinta atau kasih tapi melakukan suatu hal yang sangat keji. Apakah makna cintakasih yang sesungguhnya? Itulah yang menjadi pertanyaan bagi seorang anak muda bangsa Jerman yang bernama Dietrich Bonhoeffer, bahkan ia mengecam perilaku pemerintahan saat itu. Terlebih ia melihat banyak pemimpin gereja(pendeta) ikut mendukung pemerintah saat itu, karena mereka mendapat bantuan dalam berbagai hal. Dietrich Bonhoeffer berteriak keras. Ia berkhotbah,”Gereja, jadilah gereja! Jangan dirimu menjadi alat pemerintah. Roh Kristus bukanlah Roh kesombongan berbangsa dan juga bukan roh kebencian terhadap bangsa lain. Gereja mana kesaksianmu? Mengapa kamu mendekati penguasa dan bukan mendekati para korban kesewenang-wenangan penguasa?” Namun seruannya tak didengar. Banyak gereja yang tetap mendukung Hitler yang mengatas namakan kasih/cinta akan bangsa, namun mengobarkan kebencian terhadap sesama manusia.
Bonhoeffer terus mengumandangkan “kasih kepada yang tertindas” dengan jalan mendirikan seminari dan gereja yang disebut “Gereja yang mengaku” yakni, gereja yang mau membantu orang Yahudi yang tertindas saat itu. Bonhoeffer terus berjuang membela kaum tertindas. Namun kekuatan pemerintah yang tangguh saat itu membuat Bonhoeffer mengambil suatu keputusan yang membawanya ketiang gantungan, yakni ia berusaha membutuh Adolf Hitler.
Kisah yang saya paparkan menjadi perenungan buat kita yang membawa kepada sebuah pertanyaan, apa sesungguhnya kasih? Nazi mengumandangkan kasih kepada negara, namun keji terhadap sesama, Bonhoeffer mengumandangkan kasih kepada yang tertindas, namun ia ingin melakukan pembunuhhan terhadap Hitler. Sungguhkah dalam kasih ada kebencian? Sehingga kita bertanya,”apakah ada Kasih Yang Sejati?”.

Pada saat penantian Bonhoeffer ketiang gantungan. Dalam terali besi ia banyak menulis tentang “kasih”. Ia berkata: “Gaya hidup orang Kristen harus memiliki kasih yang menyeluruh, yakni kasih yang tanpa syarat kepada musuh-musuh kita, baik yang tidak mengasihi maupun yang tidak layak dikasihi; kasih bagi lawan-lawan agama,lawan-lawan politik, dan lawan-lawan pribadi kita, Ia adalah kasih yang terwujud dalam Salib Kristus.
Dalam perayaan malam Natal ini saya mengajak Bapak, ibu saudara yang dikasihi Kristus untuk memandang Salib Kristus. Saya setuju dengan perkataan DR Andar Ismail:”Untuk Mengerti Natal Kita Harus Baca dari Belakang”. Maksudnya untuk mengerti Natal kita harus mengerti pengorbanan Yesus di atas salib. Apa yang kita lihat pada Salib Kristus itu?
Yang kita lihat disana, adalah pengorbanan yang sadar dan sukarela. Bukan korban yang tak berdaya. Yesus sanggup menghindar dan bahkan menunjukan kemahakuasaannya tapi itu Ia tak lakukan, Ia rela mengorbankan diriNya. Itulah tujuannya Yesus datang kemuka bumi ini. Ia rela lahir menjadi manusia yang hina di dunia ini, meninggalkan tahta kemuliaaanNya.Lahirnya pun hina di kandang domba.
Yang kita lihat di sana,adalah ketaatan yang sebebas-bebasnya. Bukan fatalisme yang membabi buta. Yesus lahir ke dunia ingin menunjukan ketaatan yang sebebas-bebasnya.Dia lahir maenjadi manusia yang taat sampai mati.
Yang kita lihat disana, adalah pengampunan bagi para pendosa. Bukan toleransi terhadap dosa. Yesus datang ke dunia ingin mengampuni dosa saya dan saudara, dosa setiap manusi, bukan turut serta berbuat dosa dalam kemanusiaanNya.
Yang kita lihat di sana, adalah sikap yang tegar menghadapi penderiaan. Bukan sikap terpaksa memerima penderitaan. Yesus lahir ke dunia rela menderita bagi kita semua.Ia rela dicaci,dicemooh sampai mati namun Ia tetap tegar dan berkata: ampunilahmereka sebab mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat”.
Yang kita lihat di sana, adalah peperangan habis-habisan. Bukan sikap menyerah tanpa perlawanan. Yesus berperang melawan diriNya sendiri,yakni untuk taat dan berperang mengalahkan kuasa maut. Yesus datang ke dunia ingin melakukan peperangan terhadap kuasa si jahat/Iblis. ITULAH KASIH!
Kasih itu aktif, tidak pasif. Mengubah nasib, bukan menerima nasib. Penyerahan diri, bukan menyerah. Lemah-lembut, tapi tidak lemah.
Memang di dalam kasih ada kebencian, yakni benci segala sesuatu yang bertentangan dengan kasih. Mengasihi orang yang berdosa, tapi benci terhadap dosa. Itulah sesungguhnya yang dilakukan Bonhoeffer, ia benci terhadap kebijakan-kebijakan Hitler. Bukan kepada pribadi Hitler.
Apa bedanya “kasih yang umum” dengan “kasih yang sejati”?
Kasih pada umumnya di dasari dengan “Karena: atau “Supaya.”
Fredi mengasihi Tuti, “karena” Tuti cantik, molek bagaikan bidadari. Tuti mengasih Fredi “karena” Fredi gandeng, baik hati lagipula kaya raya.
Orang tua mengasihi anak-anaknya “supaya” anak-anak mengasihi mereka di hari tua nanti. Paimin mengasihi Tukiyem “supaya” Tukiyem membalas kasihnya.
Namun “kasih yang sejati” tidak didasari “karena” atau “supaya”. Kasih yang sejati, mengasihi “meskipun”….
Kasih yang sejati tidak menuntut orang lain mengasihi tapi ia terlebih dahulu bertidak mengasihi
Seperti yang dilakukan Allah ia telah datang ke dunia ini, Ia telah lahir ke dunia ini sebagai wujud KasihNya kepada dunia dan manusia. Seperti kata firman: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia menganugrakan anakNya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal(Yohanes 3:16).
Allah telah bertindak terlebih dahulu mengasihi. Allah mengasihi manusia meskipun manusia tak mengasihiNya. Allah tetap mengasihi dunia dan isinya meskipun dunia memusuhiNya.
Bagaimana dengan kita apakah kita tetap mengasihi orang yang memusuhi kita? apakah kita mengasihi meskipun mereka mencemooh kita? meskipun mereka mengecewakan kita? bukan Firman berkata:”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;lakukanlah apa yang baik bagi semua orang”.”Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan”(Rom. 12:17,21). Bahasa kerennya “Ammithabah”.
Allah adalah kasih(1Yoh 4:8) dan Dia lah yang telah menunjukan Kasih Yang Sejati. Barangsiapa yang ingin memiliki “kasih yang sejati” terimalah dia dalam hati! Agar kita mampu mengasihi meskipun ia musuh kita, meskipun ia tak ia tak mengasihi kita, meskipun….kita tetap mengasihi sesama kita.

Oleh : Pdm. Ridwan Kurniawan S.Th

1 komentar:

Denis Desmanto mengatakan...

Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]

Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]

Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema

" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )

🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱