Rabu, 14 Januari 2009

Akar Nilai

Kita sudah mempelajari apa itu “nilai”. Nilai adalah keyakinan kita kepada sesuatu yang kita yakini sebagai yang berharga. Apa yang menjadi “nilai’ dalam diri anda? Andalah yang dapat menjawabnya. Mengapa nilai itu timbul dalam diri anda? Mengenai nilai yang disampaikan dalam khotbah di bukit, khususnya mengenai diriNya(Allah) dan uang(Matius 6:19-24), Yesus juga menyampaikan bagaimana yang sedang terjadi dalam kehidupan saat itu, dimana orang banyak berpikir bahwa yang bernilai itu adalah uang atau mammon. Mengapa mereka mempunyai keyakinan bahwa yang bernilai itu uang? Injil Matius secara khusus ditujukan kepada orang Yahudi, dimana mereka hidup dalam keadaan tertekan, baik secara politik dan perekonomiannya. Dalam keadaan itulah mereka menantikan Sang Mesias(Penyelamat).

Dalam penantian akan penyelamat mereka mendapatkan sesuatu yang nyata dalam keseharian hidup mereka, yakni mereka membutuhkan uang. Uang dapat menolong mereka dalam menghadapi kehidupannya. Dalam kenyataan itulah paradigma mereka bergeser, awalnya mereka menantikan Mesias yang diutus Allah pencipta langit menjadi raja atas mereka, berganti dengan apa yang nyata dihadapan mereka, yakni uang. Uang dijadikan sesuatu yang sangat bernilai dalam hidup mereka, sementara itu juga mereka tetap menantikan Mesias. Maka dengan tegas Yesus berkata: “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.".

Dalam ayat selanjutnya, ayat 25-34, Yesus ingin memperbaiki paradigma mereka dengan berkata:

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."


Hal pertama yang membuat mereka berpaling kepada uang adalah kekuatiran hidup. Mereka kuatir akan hidup mereka, akan pakaian dan makanan. Dan mereka sungguh mendapatkan jawaban langsung, semua dapat dipenuhi oleh UANG! Dalam hal ini kita mendapatkan pengajaran bahwa nilai itu timbul dari pemahaman yang dianggap benar. Mereka mendapatkan pemahaman bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya harus ada uang. Namun pemahaman yang dianggap mereka benar sesungguhnya kurang benar, oleh karena itu Yesus menyadarkan bahwa ada yang jauh lebih penting dari makanan dan pakaian. Yakni : HIDUP. Mereka berpikir dengan makanan dan pakaian mereka dapat hidup.


Dengan keras Yesus berkata: Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Pertanyaan itu menunjukan bahwa hidup itu jauh lebih penting. Mungkinkah kamu bisa bergerak ? Sehasta itu 45cm, dengan kata lain Yesus ingin menanyakan apakah langkahmu, atau gerak hidupmu ditentukan oleh makanan dan pakaian? Ada sesuatu yang menggerakkan tubuhmu, ada sesuatu yang menghidupkan dirimu! Saya ingin memperjelas: Orang yang dalam peti itu memakai pakaian bagus dan banyak dihidangkan makanan tapi tidak bisa bergerak untuk menikmati. Pasti anda mengerti maksud sayakan? Buat apa seseorang punya banyak makanan enak, punya banyak pakaian bagus tapi tidak bisa menikmatinya, Apakah Allah mengesampingkan suatu kenyataan bahwa manusia membutuhkan uang dalam kehidupannya? Allah yang maha tahu itu tidak pernah lari dari kenyataan, karena Dia sendiri nyata. Hal itu diperlihatkan dalam perkataanNya : Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Allah tahu manusia butuh uang dalam hidupnya. Bahkan Ia berjanji akan memberikan uang itu. Asal cari dahulu DIA(Kerajaan Allah dan kebenarannya)


“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?”

Allah itu adalah Allah yang peduli, Dia tidak hanya memberitahukan kesalahan, tapi juga memberikan solusinya untuk tidak salah. Suatu kenyataan yang lebih dinyatakan oleh Allah, suatu kebenaran yang benar dinyatakan oleh Allah, Apa itu? Sungguh Dia adalah pencipta dari segalanya, Dia adalah pemberi makan sejati, Yesus berkata: Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

Begitu radikalnya Yesus berkata, manusia yang diberikan akal pikir, manusia yang diberikan kemampuan berkreasi, yang diberikan kekuatan untuk mengelolah, bahkan yang berkuasa atas yang lainnya, kok takut? Burung dan pohon yang tidak punya kemampuan seperti manusia aja bisa makan dan dipelihara. Masakan manusia kuatir/takut, bodohkan,,,eh,,salah malas bauaaanget. Solusi yang diberikan buat kita adalah percaya pada Allah yang mencipta, Sungguh keyakinan yang benar, belief yang benar. Belief adalah akarnya “Nilai”. Nilai ditentukan dari belief anda.









Oleh Pdm. Ridwan Kurniawan S.Th


Gembala Sidang



Tidak ada komentar: