Kamis, 08 Mei 2008

KENAPA HARUS SAYA ???

Saat kehidupan penuh persaingan, sifat iri, dengki dan marah ada didalamnya. Hampir empat tahun Melly tergabung dalam sebuah perusahaan yang ada di Jakarta. Sifatnya yang mudah bergaul dan energik membuatnya mudah berkomunikasi dengan siapa saja. Suatu hari Melly tidak dapat menjalankan tugasnya di kantor karena kondisi kesehatannya tidak baik dan iapun memutuskan tidak masuk kantor. Sebenarnya Melly ingin sekali bisa masuk kantor dan bekerja karna dia memiliki beberapa date line dari pekerjaannya dan harus secepatnya diselesaikan.

Esok harinya, ketika dia sudah merasa baikan dan sehat, Melly memutuskan untuk bekerja mengingat tugasnya sudah menunggu. Betapa kagetnya Melly saat dia masuk, dia langsung dipanggil atasannya yang mengatakan kalau Melly tidak kooperatif dalam bekerja dengan sesama teman kantor dan kecenderungan Melly yang bekerja sendiri dan sulit menerima masukan. Melly sedikit bingung kenapa informasi itu sampai ke telinga pimpinannya. Tentu saja Melly kaget dan bingung, ada rumors apa dibalik berita itu.

Melly segera mengklarifikasi kepada pimpinannya dan mereka tampak serius bicara empat mata. Yang menjadi “persoalan” kenapa informasi itu datang dari seorang rekannya yang satu kantor dengannya. Ada ketikpuasan rekan sekantornya terhadap pribadi Melly sehingga Melly berusaha “memutar otaknya” apa yang sudah ia lakukan.

Sebagai pribadi yang baik dalam berkomunikasi namun sedikit sensitif, Melly mencoba menggali informasi apa yang sudah diterima pimpinannya. Tadinya Melly menganggap pembicaraan ini hanya misscommunication saja karena ketidak hadirannya kemarin.

Masalah ini sedikit “tajam” saat pimpinan Melly yang dia percaya dan menganggap dia sebagai figure bapak yang baik memintanya untuk “mengalah” dan belajar menerima perilaku rekannya. Sebenarnya tidak jadi masalah buat Melly, namun sikap pimpinannya yang secara tidak langsung “memaksanya” mengerti membuat Melly kecewa akan figure yang jadi teladannya. Seakan-akan Melly memang pribadi yang “dituduhkan” oleh rekannya itu. Ini bukan yang pertama kali Melly diperhadapkan dengan situasi yang sama. Saat Melly diminta untuk memahami rekannya, dengan enteng Melly melakukan permintaan pimpinannya dan memang hasilnya baik. Situasi jadi baik lagi dan komunikasi kembali normal.


Karir Melly bisa dibilang “cemerlang”, dia mulai bekerja disana menjadi staff biasa yang pada akhirnya dia menjadi kepala divisi. Masih muda, mudah bergaul dan menjadi “kesayangan” pimpinan, tidak membuat Melly sombong atau menganggap orang lain lebih rendah. Melly memang memulai karirnya dengan latar belakang pendidikan yang biasa, namun dia sadar bahwa latar belakang pendidikan itu penting maka dia memutuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hingga saat ini Melly masih tercatat sebagai mahasiswa disalah satu universitas swasta yang ada di Jakarta dan akan segera menyelesaikan pendidikannya.

Perbincangan antara Melly dan pimpinannya berakhir dengan kondisi Melly “kecewa” atas permintaan pimpinannya dan menganalisa apa yang sudah diperbuat oleh Melly. Dengan kesedihan dihatinya Melly duduk diruangan yang tidak ada orang dan mencoba memikirkan setiap sikap dan perilaku. Melly terhibur saat ada “suara-suara” yang mendukungnya dan memberinya semangat untuk tetap tegar dan mengambil hikmat dari kejadian ini.

Mungkin dari luar Melly kelihatan tegar Namun hatinya dan pikirannya penuh tanda tanya “ Kenapa Harus Saya ?” . Alasan yang diutarakan pimpinannya tidak cukup kuat untuk meyakinkan dirinya bahwa dia akan melakukan apa yang dibebankan padanya. Meskipun tidak cukup alasan untuk melakukan permintaan pimpinannya, Melly secara tidak sadar melakukan permintaan tersebut. Dia memberikan senyum terbaiknya, dan tetap berkomunikasi dengan baik sehingga rekannyapun yang tadinya diam saja, terlihat tersenyum. Usianya lebih muda dari Melly, itu sebabnya Melly memanggilnya dengan sebutan “ Adek “.

Satu jam sebelum pulang, Melly kembali ke mejanya setelah “jalan-jalan” dari divisi lain. Saat Melly duduk, dia tampak kaget menemukan “ coklat “ kesukaannya berada di atas mejanya. Tentu saja Melly bertanya-tanya dalam hatinya, siapa gerangan yang memberinya coklat. Dibalik coklat tersebut dia menemukan tulisan yang berbunyi “ Untuk Kak Melly, senang rasanya berbagi pekerjaan dengan kakak dan maaf kalau ada sikapku yang membuat kakak terganggu. GBU. Adek “
Betapa kagetnya Melly, coklat itu berasal dari orang yang “membencinya” . Melly melambaikan tangannya sambil mengucapkan terimakasih untuk coklat pemberian rekannya dengan memberikan senyumannya yang tulus. Dari sanalah Melly mendapat jabawan, kenapa pimpinannya berharap padanya dan yakin akan Melly.

Dia teringat akan saat-saat kematian Yesus, ketika Yesus berdoa ditaman Getsemani
( Matius 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.") didalam pergumulannya Yesus merasakan kesakitan batin tapi dia tidak bertanya “ Kenapa harus saya Bapa ?“.
Melly menundukkan kepalanya sesaat diatas meja sambil mengucap syukur untuk kebaikan Tuhan yang dia rasakan saat itu. Dengan sukacita Melly melanjutkan pekerjaannya, dia tidak akan mencari tahu kenapa rekannya “membencinya”. Yang paling penting adalah perubahan sikap yang Melly lihat dari rekannya membuat dia berfikir bahwa setiap manusia pernah melakukan kekeliruan. Saat itu juga dia mengirimkan pesan singkat pada pimpinannya yang berbunyi “Tuhan memberkati anda pak “.

Terkadang kita merasa diri kita sudah cukup baik untuk menolak “sesuatu” yang baik untuk kebaikan. Belajar dari pengalaman Melly, kita diajarkan untuk menerima “tantangan” dari siapapun selama kita yakin kalau kita benar dan orang-orang disekitar kita percaya kemampuan kita. Jangan pernah tanyakan “Kenapa harus saya ?” tapi terimalah dengan mengatakan “ Saya siap karena Tuhan akan membimbing saya!“

Oleh : Helena Silalahi
Koordinator Pra Remaja

Tidak ada komentar: