Kamis, 08 Mei 2008

TRANSFORMASI PARADIGMA

A. Etimologi

Transformasi.
Dewasa ini orang banyak membicarakan “transformasi”. Apa sebenarnya yang dimaksud tranformasi itu? Transformasi berasal dari kata bahasa Ingris “transformation” yang arti ringkasnya berubah bentuk. Berpijak dari Alkitab kita menemukan dua kata Yunani yang dipakai untuk pengertian transformasi.
Pertama allaso” yang terdapat dalam perjanjian baru(Kiss 6:14; 1Kor 15:51-52). Kata allaso berarti change (mengubah) atau to makedifferent (membuat berbeda). Dalam sejarah setiap perubahan selalu melalui mekanisme proses, bukan sesuatu yang instant. Contohnya perubahan Eropa dan Asia pada jaman Paulus adalah hasil penginjilan yang tak kenal lelah, bukan hanya karena pergumulan dan harapan. Hal ini sesuai dengan pengertian kata taransformasi itu sebuah perubahan secara penuh biasanya mengenai sesuatu melalui perkembangan bertahap atau proses berubah mengenai sesuatu atau seseorang.
Kata yang kedua adalah metamorphoo, kata ini juga terdalam beberapa ayat Perjajnjian baru(Roma 12:2). Kata metamorphoo berartiberubah(change), transfigure (merubah rupa) dan transformasi (berubah bentuk secara bertahap). Jelas tarnsformasi atau perubahan bukan sesuatu yang instant, tapi sebuah proses seperti halnya seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu.

Paradigma.
Paradigma berasal dari bahasa Yunani “Nous” diterjemahkan dalam bahasa Inggris understanding yang berarti pengertian, model, teori, persepsi, asumsi, atau kerangka acuan
Stephen R.Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People berkata: Paradigma adalah cara kita “melihat” dunia.- bukan berkenaan dengan pengertian visual dari tindakan melihat melainkan berkenaan dengan mempersepsi, mengerti, menafsirkan.


B. Dasar Alkitabiah Transformasi.

Dalam kalangan Kristen perubahan sering diartikan dalam hal iman percaya. Perubahan iman non Kristen menjadi Kristen secara radikal, dari tidak percaya kepada kristus menjadi orang percaya secara ajaib oleh pekerjaan Roh Kudus. Pemahaman transformasi seperti itu cenderung kepada sebuah momentum, yaitu suatu saat yang ditunggu-tunggu, adanya perubahan secara radikal atas kelompok masyarakat tertentu menjadi orang Kristen. Pada hal kalau memahami pengertian kata tarnsformasi itu sendiri menunjuk kepada sebuah proses perubahan yang bertahap, berlangsung setiap hari. Transformasi bukanlah sebuah momentum tetapi lebih sebuah proses. Dapat digambarkan bagai sebuah garis panjang bukan sebuah titik. Bukan momentum yang ditunggu tetapi proses yang terus berlangsung atau dijalani.

Kalau bukan perubahan mengenai iman percaya, apa sesungguhnya yang harus berubah?
Dalam Roma 12:2 firman Allah berkata:”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Dalam ayat ini yang diinginkan adalah pembaharuan budi,maksudnya kelakuan atau karacter. Dalam bahasa aslinya dipakai kata “nous” yang berarti understanding(pengertian, dalam bahasa inggris diterjemahkan mind: pikiran). Ada beberapa kata dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan mind atau pikiran, antara lain: dianoia, ennoia, noema, qnome, dan phronema. Kata pikiran dalam Roma 12:2 adalah nous yaitu pikiran yang bertalian dengan kesadaran (consciounness) terhadap kebenaran yang membangun persepsi dalam diri seseorang. Dengan demikian yang dimaksud dalam Roma 12:2 mengenai pikiran atau nous adalah paradigma.
LAI mempermudah kita untuk mengerti akan apa yang harus berubah, yaitu kelakuan, tapi jauh dari pada itu bahasa aslinya merujuk kepada akar dari kelakuan itu tercipta/terlaksana, yakni pengertian. Karena sumber dari kelakuan kita adalah pengertian kita. Jadi jelas Alkitab mengajarkan kita betapa pentingnya merubah paradigma, mentransformasi paradigma.


C. Paradigma adalah Akarnya.

Dalam keseharian banyak orang ingin merubah akan perilakunya yang kurang baik atau kebiasaannya yang buruk, namun ketika diusahakan dengan ilmu etika itu hanya bersifat sementara. Mengapa? Kita seringkali melakukan suatu perubahan hanya dipermukaannya saja tanpa menyentuh akarnya. Pemberantasan narkoba contohnya hanya dilakukan kepada permukaannya, yakni banyak para pemakai yang ditangkap dan dirujuk sebagai Bandar. Jika kita ingin mengubah sebuah pohon menjadi pohon lain pada tempat yang sama kita harus mencabut akarnya. Demikian juga jika kita ingin mengubah perilaku yang buruk kita harus mencabut akarnya. Apa akar dari perilaku itu?
Stephen R. Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People mengatakan:” kebiasaan adalah titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan , dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan mengapa . Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan Keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan.
GAMBAR:

Perubahan menjadi atau melihat adalah sebuah proses ke atas- “menjadi”berubah jadi “melihat” yang pada gilirannya berubah jadi “menjadi,” dan seterusnya, sementara kita bergerak di dalam spiral ke atas dalam pertumbuhan. Dengan memperbaiki pengetahuan, keterampilan, dan keinginan, kita dapat menerobos ke tingkat baru keffectifan pribadi dan antar pribadi ketika kita mendobrak paradigma lama yang mungkin merupakan sumber rasa aman semu selama bertahun-tahun. Sikap serta perilaku kita bertumbuh dari asumsi-asumsi kita. cara kita memandang sesuatu adalah sumber dari cara kita berpikir dan cara kita bertindak.

Ir Edi Leo dalam bukunya Kesembuhan Emosional menggambarkan terjadinya tindakan atau perilaku seseorang, yakni timbul dari kepercayaan. Tindakan yang buruk terjadi karena kepercayaan yang salah. Kepercayaan yang dimaksud menurut saya adalah sebuah pengertian terhadap sesuatu atau persepsi/pola pikir/paradigma.

Dalam Budhaisme dikatakan sikap dan perilaku kita bertumbuh dari apa yang kita pikirkan. Pikiran seseorang menentukan tindakannya. Dari ketiga pendapat di atas saya simpulkan bahwa untuk mengubah kebiasaan/tindakan-tindakan kita harus mengubah pola pikr atau paradigma kita terlebh dahulu.

Berdasarkan Firman Tuhan Roma 12:2: Transformasi adalah perubahan pola pikir(mindset) oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus menggunakan sarana FirmanTuhan. Proses transformasi itu akan membangun manusia batiniah yang cemerlang seperti yang dikemukakan Paulus dalam 2 Korintus 4:16:“ Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”. Orang percaya bukan saja mengalami perubahan secara moral, perilaku menjadi baik tetapi juga perubahan filosofi hidup secara menyeluruh. Perubahan dari pola pikir duniawi menjadi pola pikir rohani. Pola pikir duniawi maksudnya pola pikir yang berbasis pada yang kelihatan sedangkan pola pikir rohani adalah pola pikir yang berbasis kepada nilai lebih dari kefanaan dunia ini atau berbasis kepada dunia yang akan datang. Hal itu dikemukakan Rasul Paulus dalam Roma 12:2 dan 2Korintus 4:18. Jelas misi gereja adalah mengubah pola pikir duniawi menjadi pola pikir rohani. Yang pasti kita harus mengubah paradigma lama kita terhadap sesuatu yang kita ingin ubah.


D. Mengubah Paradigma.

Paradigma atau pola pikir atau persepsi adalah sekumpulan data–data mengenai sesuatu yang kita anggap benar, maka untuk mengubah paradigma lama, kita harus memasukan data yang baru. Data yang baru tentu bukan sekedar baru, yang baru dan benar. Di mana kita mendapat data yang benar? Untuk mendapat yang benar kita harus kepada Kebenaran. Apa itu Kebenaran? Kebenaran di sini adalah Firman Allah. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).

Untuk memasukan kebenaran itu kita harus sering mendengarnya. Iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh firman Tuhan(Roma 10:17). Bukan sekedar mendengar tapi kita harus merenungkannya. Seperti kata Nabi Musa dalam Yosua 1:8 “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung”.

Untuk mengubah paradigma lama kita harus melakukan 4D terhadap Firman Tuhan, Yaitu : Didengar, Direnungkan, Dilakukan, Dibagikan.
Perubahan tidak terjadi secara instant, ia membutuhkan proses, seperti ulat menjadi kupu-kupu, yang menjijikan menjadi yang indah dan menarik. Yang pasti ulat mau diproses meskipun menyakitkan. Jika kita mau berubah kita harus berani menerima perubahan itu meskipun menyakitkan. Seperti seekor kerang yang mau menghasilkan mutiara. Ia menderita rasa sakit terkena hempasan pasir,namun ia tetap tabah demi hasil yang indah yakni sebuah mutiara.


Pdm. Ridwan Kurniawan, S.Th.

Tidak ada komentar: