Jumat, 12 September 2008

Filter Yang Baik Bagi Pribadi Yang Cerdas

Setiap manusia mempunyai sisi positip dan negative, sering kita hanya memaksimalkan sisi negative dalam diri kita karena kondisi dan situasi yang memicu dan kita senang melakukannya. Sisi negative ini menjadi menonjol dikala kita tidak suka dengan personnya dan ingin menjatukan orang tersebut.

Belakangan ketika saya ingin mendiskusikan ”issue” yang timbul dalam sebuah organisasi terutama organisasi keagamaan, saya mencoba berhati-hati dalam komunitas ini. Jangan sampai hal ini membuat suatu ”issue” menjadi lebih serius dan kita tidak punya jalan keluar untuk hal ini.

” Saya bukan membicarakan personnya tapi responnya” ini adalah kalimat yang diutarakan teman saya dan saya belajar untuk berfikir seperti ini. Membicarakan respon berarti kita juga membicarakan orangnya. Tadinya saya bingung dengan kalimat ini tapi ketika komunikasi diarahkan pada respon maka kita akan berupaya mencari ”solusi” dalam issue tersebut.Dari sinilah saya benar-benar belajar mengenai ”respon” seseorang.

Sebagai aktivis gereja saya benar-benar harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan filter yang baik saat “issue” menyangkut seseorang yang sangat dekat dan baik di mata saya. Tidak mudah menjadi pribadi seperti ini, karakter serta pola pikir seorang wanita mempengaruhi respon saya yang terkadang saya lost ( kehilangan ) kontrol dalam berkomunikasi.

Bicara mengenai filter berarti kita berbicara mengenai bagaimana kita ”menyaring” informasi yang baru dengan baik sehingga emosional kita tidak diacak-acak. Baru-baru ini saya mendapat ”issue” dalam organisasi saya. Issue ini sangat mengganggu emosional saya sehingga saya meresponnya dengan kesal juga marah. Sikap yang benar-benar tidak baik bahkan kalau kita kehilangan control bisa menimbulkan konflik. Saya bersyukur issue ini tidak mempengaruhi saya secara total sehingga saya masih bisa berada di jalur yang lurus. Mencoba dan menyediakan waktu dengan mendengarkan konfirmasi dari pihak yang berbeda membuat saya jauh lebih tenang. Saya tidak bingung meskipun informasinya berbeda tapi saya tertantang untuk menganalisa kenapa informasi yang diberikan berbeda.

Tidak sulit untuk memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah jika kita mau sabar mendengar dan menganalisa issue yang terjadi. Mencari info sebanyak-banyaknya dari beberapa atau lebih pribadi yang terdekat , mengumpulkan keterangan yang akurat tanpa bertujuan untuk menjatuhkan pihak yang lain.

Saya belajar melakukan hal ini dan hasilnya saya mendapatkan suatu “kebenaran” yang dapat saya pertanggung jawabkan tanpa harus menjadi jahat atau buruk dengan pihak yang kita anggap keliru. Kekeliruan terjadi saat kita tidak mampu mengatasi diri kita dengan baik. Ketika kita tidak percaya diri dan kurang cinta di dalam diri kita maka yang ada kita mencari cara bagaimana menarik perhatian dari orang lain. Yang berbahaya adalah ketika kita melakukannya dengan pemberontakan. Ingat kisahnya Yudas, murid Yesus yang jadi kepercayaan Yesus sebagai bendahara ini melakukan pemberontakan saat dia kurang cinta dalam dirinya. Dia melakukan suatu kekeliruan dengan menjual Yesus sebagai upaya menarik perhatian orang lain.

Kekurangan cinta terkadang menjadi motivasi kita mencari cara untuk meminta cinta serta perhatian dari orang lain. Cintailah diri anda sendiri seperti anda mencintai orang lain. Saat Cinta di dalam diri kita sudah cukup maka kita akan mampu memberikan cinta tersebut kepada orang lain. Cukupkanlah cinta di dalam diri anda supaya anda mampu merespon dan memiliki issue dalam menghadapi issue.

Ada satu ayat Alkitab yang saya peroleh yang isinya memberikan pencerahan kepada saya. ” Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak ” ( Amsal 16 : 16 ). Dalam ayat Alkitab ini saya belajar untuk meminta hikmat di dalam berfikir dan bertindak seperti yang dilakukan oleh yang pembuat Amsam yaitu Raja Salomo.

Respon kita menentukan siapa diri kita, jika kita tidak mampu merespon dengan tepat dan benar maka efeknya akan ke pribadi-pribadi di sekitar kita bahkan ke dalam diri kita sendiri. Melalui tulisan ini saya mengajak kita untuk memiliki filter yang baik dan positip saat issue timbul dalam lingkungan kita. Terutama buat aktivis gereja, yang terlibat secara langsung dan menjadi bagian penting dalam suatu pelayanan, milikilah suatu filter ( saringan ) yang membuat kita merespon dengan baik dan bijaksana. Apapun karakter alamai anda jika filter yang kita miliki kuat maka bersama Yesus tiada yang mustahil. Selamat melayani bagi pelayan Tuhan. Apapun kontribusi anda di dalam Gereja, anda menjadi luar biasa jika filter yang anda miliki sangat baik. Tuhan Yesus Memberkati.


All the Best
Helena

Tidak ada komentar: